Terungkapnya Kasus Kematian Pembekuan Darah yang Langka, Johnson & Johnson Hentikan Peluncuran Vaksin di Eropa

21 April 2021, 12:20 WIB
Kasus kematian pembekuan darah yang terjadi di AS, membuat publik khawatir terhadap vaksin Johnson & Johnson. / Foto: Pixabay / Ali Raja

PR CIREBON - Kasus kematian pembekuan darah yang terjadi di Amerika Serikat (AS), membuat publik khawatir terhadap suntikan vaksin berdosis tunggal salah satunya vaksin Johnson & Johnson.

Pasalnya, lebih dari 7 juta orang di AS telah menerima vaksin, termasuk diantaranya vaksin Johnson & Johnson.

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari The Guardian, European Medicines Agency (EMA) telah menemukan kemungkinan hubungan antara vaksin Johnson & Johnson dan kasus gangguan pembekuan darah yang langka.

Baca Juga: Dengarkan dan Sampaikan Keluhan Petani di Indramayu, Jokowi: Ini Masukan yang Baik

Kemudian, EMA merekomendasikan peringatan harus ditambahkan ke informasi produk vaksin, tetapi menekankan bahwa manfaat suntikan melebihi risikonya.

EMA mengatakan, telah memeriksa delapan kasus serius pembekuan darah yang tidak biasa terkait dengan rendahnya tingkat trombosit darah.

Diketahui, kasus terjadi pada orang di bawah 60 tahun, sebagian besar wanita dalam tiga minggu setelah vaksinasi.

Baca Juga: Taemin SHINee Ungkap Tanggal Resmi Dirinya Wamil, Shawol: Bagaimana Ini Bisa Terjadi?

“Ini adalah efek yang sangat jarang, tetapi sangat penting bagi dokter dan pasien untuk menyadari tanda-tandanya sehingga mereka mencari bantuan spesialis,” kata Direktur eksekutif EMA Emer Cooke.

Cooke menjelaskan bahwa manfaat vaksin dalam mencegah Covid-19 lebih besar daripada efek samping yang terjadi sangat langka dalam kasus ini.

Pengumuman itu datang ketika komisaris Eropa yang bertanggung jawab atas pasokan vaksin tersebut.

Baca Juga: Tanggapi Dugaan Penistaan Agama Oleh Paul Zhang, Ma'ruf Amin Harap Masyarakat Tak Terpancing

Mengetahui hal tersebut, Johnson & Johnson menghentikan peluncuran vaksin dosis tunggal di Eropa minggu lalu, sehari setelah pengiriman vaksin dimulai.

Kemudian, menyarankan pemerintah untuk menyimpan dosis mereka sampai EMA mengeluarkan panduan tentang penggunaannya.

Cooke mengatakan, negara anggota UE sekarang dapat mengambil keputusan tentang bagaimana meluncurkan vaksin ini berdasarkan situasi nasional mereka.

Baca Juga: Studi Penelitian: Keragaman Genetik Ikan Salmon Telah Menurun Sejak Diperkenalkannya Budidaya Ikan

Seperti suntikan AstraZeneca, diharapkan memberlakukan pembatasan pada penggunaan vaksin Johnson & Johnson.

Sebagian besar telah melanjutkan vaksinasi dengan suntikan AstraZeneca meskipun dalam jumlah yang sedikit.

Diantaranya, negara Prancis, Jerman, Italia dan Spanyol telah membatasi penggunaannya untuk orang di atas 55-65 tahun.

Bahkan, Denmark telah berhenti menggunakan vaksin sama sekali.

Baca Juga: Ikut Berkomentar Masalah Sule dan Nathalie Holscher, Mbah Mijan: Saya Tak Meragukan Kasih Sayang Mereka

Ilmuwan di Jerman dan Norwegia telah menyarankan beberapa orang mengalami respon sistem kekebalan yang abnormal terhadap vaksin.

Hal tersebut, membuat beberapa ahli menduga mekanisme serupa mungkin terjadi dengan suntikan Johnson & Johnson.

Kedua vaksin menggunakan teknologi yang sama, melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali protein lonjakan Covid-19 dengan menggunakan virus flu untuk membawa gen lonjakan ke dalam tubuh.

Prof Andreas Greinacher dari Universitas Greifswald menemukan bahwa protein dan molekul lain dalam vaksin sangat kompleks, yang pada beberapa orang menyebabkan sistem kekebalan bereaksi berlebihan dan menyebabkan pembekuan.

Baca Juga: Sosok Komposer Lagu Meat Loaf dan Celine Dion Meninggal Dunia, Tengok Karya-Karya Jim Steinman yang Legendaris

“Asumsi saya, ini adalah class effect dari vaksin yang menggunakan adenovirus,” ujarnya.

Greinacher mengatakan mungkin saja untuk mengurangi risiko penggumpalan dengan menghilangkan protein yang tertinggal dalam suntikan setelah proses pembuatan dan mengurangi tingkat aditif yang disebut EDTA.

Tetapi, dia menekankan bahwa produsen perlu melihat perubahan apa yang dapat dilakukan tanpa mempengaruhi keamanan dan kemanjuran.

Dia mengatakan bahwa ia akan melihat bagaimana vaksin Johnson & Johnson dapat menyebabkan pembekuan setelah pembicaraan dengan perusahaan.

Baca Juga: Doa Hari ke-9 Ramadhan: Senantiasa Merindukan Keridhaan Allah SWT

Program vaksinasi Uni Eropa mendapat kekurangan pasokan awal dan masalah logistik, tetapi sekarang telah memesan 200 juta dosis vaksin Johnson & Johnson.

Komisaris Eropa Thierry Breton, mengatakan 53 pabrik sekarang memproduksi vaksin di UE.

"Saya sekarang yakin berapa banyak dosis yang diproduksi, dan berapa juta yang akan dikirimkan setiap minggu," pungkasnya.***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler