Survei Terbaru Tunjukkan Mayoritas Anak Muda Korea Selatan Setuju untuk Reunifikasi dengan Korea Utara

10 Februari 2021, 13:45 WIB
Bendera Korea Utara dan Korea Selatan/ /Pixabay/www_slon_pics

PR CIREBON – Survei terbaru di Korea Selatan menunjukkan 6 dari 10 pemuda Korea Selatan berpendapat bahwa reunifikasi dengan Korea Utara diperlukan.

Dalam survei yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Unifikasi terhadap 68.750 siswa yang terdaftar di sekolah dasar dan menengah secara nasional pada 2-30 November tahun lalu, 62,4 persen mengatakan bahwa Korea Selatan dan Korea Utara perlu bersatu kembali.

Penemuan ini menandai lonjakan 6,9 poin persentase dari survei serupa yang dilakukan setahun lalu.

Baca Juga: Sentil Sudjiwo Tedjo, Ferdinand Hutahaean: Kalimat Seperti Ini Merusak Iklim Demokrasi

Di antara siswa yang melihat perlunya unifikasi, 28,4 persen menyatakan ancaman perang berkurang, sedangkan 25,5 persen menyebutkan akar etnis yang sama sebagai alasannya.

Namun, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari The Korea Times, mereka yang memandang unifikasi sebagai hal yang tidak perlu juga naik menjadi 24,2 persen, naik dari 13,7 persen pada 2018 dan 19,4 persen pada 2019.

Potensi masalah ekonomi dan sosial yang bisa terjadi dari unifikasi tersebut menjadi alasan paling umum yang mereka berikan, dengan masing-masing 27,6 persen dan 23 persen.

Dari total responden, 13,4 persen mengatakan mereka masih ragu-ragu tentang masalah tersebut.

Baca Juga: Hindari Hal Tak Diinginkan, Komisasi Kesehatan New York Minta Warga Divaksin Sesuai Syarat

Dari survei, 54,7 persen mengatakan mereka menganggap Korea Utara sebagai mitra kerja sama, naik 10,9 poin persentase dalam setahun.

Sedangkan mereka yang memandang Utara sebagai negara yang harus diwaspadai turun 11,6 poin persentase menjadi 24,2 persen.

Sementara itu, mereka yang menilai hubungan Seoul-Pyongyang sebagai tidak damai mencapai 35,2 persen, naik untuk tahun kedua berturut-turut.

Korea Selatan dan Korea Utara secara teknis berada dalam keadaan perang karena Perang Korea 1950-53 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Baca Juga: Dapat Vaksin Covid-19, dr. Tirta Sindir Helena Lim: Staff Apotek Punya McLaren, Top Banget

Seoul dan Pyongyang melihat kemajuan dalam pertukaran lintas batas setelah Korea Utara berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin 2018 di Selatan, yang kemudian mengarah pada peristiwa diplomasi KTT bilateral bersejarah.

Namun suasana damai gagal bertahan sejak pertemuan puncak antara mantan Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Hanoi pada Februari 2019 runtuh tanpa kesepakatan damai.***

 
Editor: Tita Salsabila

Sumber: The Korea Times

Tags

Terkini

Terpopuler