Inggris Temukan Varian Baru Covid-19, Hasil Penelitian Sebut Lebih Mudah Menular dan Mematikan

3 Februari 2021, 06:45 WIB
ilustrasi virus corona. Hasil penelitian ilmuwan menunjukkan varian baru virus corona atau Covid-19 yang ditemukan di Inggris lebih mudah menular dan mematikan.* /Pixabay/geralt

PR CIREBON – Varian baru dari virus corona atau Covid-19 yang tersebar di Inggris sempat mengkhawatirkan publik di seluruh dunia.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Arab News, hasil penelitian mengatakan bahwa varian baru Covid-19 tersebut tingkat penularannya dapat membuat lebih banyak orang meninggal akibat tertular.

Bahaya varian baru Covid-19 disampaikan langsung oleh para ilmuwan di King's College London (KCL).

Baca Juga: Arab Turut Kenang Meninggalnya Sang Pencipta Rasa Indomie Goreng Nunuk Nuraini: Pujaan di Arab Saudi

Ada kekhawatiran bahwa virus tersebut, yang dikenal sebagai B.1.1.7, mungkin lebih berbahaya daripada pendahulunya, selain 70 persen lebih menular.

Pemerintah Inggris sebelumnya telah menyuarakan keprihatinan atas keganasan B.1.1.7.

Kepala penasihat ilmiahnya, Sir Patrick Vallance, mengatakan pada konferensi pers di London pada bulan Januari bahwa B.1.1.7 tampaknya lebih mematikan.

Baca Juga: 6 Konspirasi Soal Hilangnya Ri Sol-Ju, Istri Kim Jong Un yang Tak Terlihat Sejak Tahun Lalu!

Hal itu datang setelah saran dari kelompok ilmiah yang membantu pemerintah, Nervtag, mengatakan pihaknya merasa ada kemungkinan realistis varian itu lebih mematikan, dan bisa kebal terhadap vaksin yang baru dikembangkan.

Tetapi sebuah studi oleh para peneliti di KCL, membandingkan tingkat kematian di Inggris dari 55.000 pasien dari September hingga Desember.

Dari hasil penelitian menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara wilayah dengan banyak kasus B.1.1.7 di selatan dan timur negara itu, dan daerah dengan angka infeksi lebih rendah.

Baca Juga: 130.000 Turisnya Kunjungi UEA, Israel Tengah Cari Jalan Perkuat Koridor Perdagangan Bilateral

Mereka mencatat bahwa gejala yang menunjukkan tingkat keparahan penyakit juga cenderung sesuai pada pasien dengan kedua varian tersebut.

Mereka menambahkan bahwa pada tingkat 0,7 persen, tingkat kasus infeksi ulang pada pasien yang menderita B.1.1.7 secara efektif sama dengan pasien dengan jenis aslinya.

"B.1.1.7 tampaknya tidak mengubah gejala, keparahan atau durasi COVID-19 saat kami memperhitungkan perubahan musim dan usia orang yang terkena dampak," ujar Dr. Claire Steves, salah satu ilmuwan yang terlibat dalam penelitian.

Baca Juga: Sebut Tidak Dapat Dipercaya, Pemerintahan Joe Biden Pertimbangkan Cabut Akses Donald Trump ke Intelijen AS

Tetapi Dr. Mark Graham, pemimpin studi tersebut, berkata bahwa makalahnya menambah bukti yang berkembang bahwa varian baru lebih cepat ditularkan daripada varian lama. ***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Arab News

Tags

Terkini

Terpopuler