Terlibat Pemboman di Filipina Tahun 2019, Dua Terduga Teroris Ditembak Mati oleh Densus 88

8 Januari 2021, 16:30 WIB
Ilustrasi bom meledak. /Pixabay

PR CIREBON - Media asing menyoroti penembakan yang dilakukan oleh polisi Indonesia kepada dua terduga teroris yang terkait kelompok ekstremis pelaku pemboman Gereja Filipina 2019. 

Penembakan tersebut terjadi pada Rabu 6 Januari 2021. 

Selain menembak dua militan itu, Pasukan Densus 88 pun menangkap 17 militan lainnya.

Baca Juga: Meski Sudah Akui Kekalahan dan Janji Akan Kooperatif, DPR AS Tetap Mau Memakzulkan Donald Trump

Selama ini Militan muslim Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang melakukan pemboman pada Gereja Filipina pada 2019 silam bersembunyi di kota Makassar. 

Seperti yang telah dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Wionews, Jumat 8 Januari 2021, para Teroris yang terkait pemboman Gereja Filipina pada 2019 telah menewaskan 21 orang dan melukai banyak orang kini telah tertangkap.

Kedua terduga teroris melawan dan pada akhirnya polisi mengambil tindakan tegas menembak tersangka hingga tewas.

Dan setelah diidentifikasi ternyata dua tersangka tersebut, militan Indonesia dan istrinya.

Baca Juga: Jadi Orang Terkaya di Dunia, Elon Musk Ternyata Tak Masuk Daftar Kontribusi Amal Terbesar 2020

"Keduanya terlibat dalam pengiriman uang kepada para pembom gereja di Jolo, Filipina,"
kata juru bicara polisi nasional Ahmad Ramadhan.

Kejadian yang dibuat oleh militan tersebut pada awal 2019, mengakibatkan dua ledakan yang sangat melukai hati banyak orang.

Sebuah Gereja Katolik di pulau jolo diledakan sehingga menewaskan jamaah pada misa hari Minggu serta pasukan keamanan.

Di pulau jolo pada saat itu mayoritas Muslim di Filipina, sehingga kejadian tersebut membuat pasukan keamanan meningkatkan penjagaan khawatir terjadi serangan militan di Asia Tenggara.

Baca Juga: Jadi Orang Terkaya di Dunia, Elon Musk Ternyata Tak Masuk Daftar Kontribusi Amal Terbesar 2020

ISIS mengaku soal ledakan katedral tersebut.

Yang mana serangan tersebut terjadi setelah persetujuan untuk memperluas wilayah Muslim di selatan agar menghentikan Pemberontakan selama puluhan tahun.

Hal tersebut dilakukan untuk otonomi bagi minoritas Islam di wilayah Filipina, yang mana di Filipina mayoritas beraga Katolik.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Wio News

Tags

Terkini

Terpopuler