PR CIREBON - Kesejahteraan mental sangat penting untuk menjalani hidup yang sehat dan seimbang.
Memahami kesehatan mental sangat penting untuk kesejahteraan psikologis, emosional, dan sosial.
Hal itu menandakan kesehatan mental dapat memengaruhi perasaan, pemikiran dan perilaku setiap hari.
Pikiran, memiliki peran utama dalam proses pengambilan keputusan, bagaimana mengelola kecemasan, bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Menjadi sehat secara emosional dapat memfasilitasi seseorang untuk beradaptasi dengan penyimpangan dalam hidup mereka dan mengatasi kesulitan.
Namun, jika diabaikan, kesehatan mental dapat berkontribusi pada kecemasan, stres, kesepian, dan ketakutan kehilangan, terutama pada remaja.
Keresahan emosional lebih sering terjadi pada remaja daripada yang dikira.
Keadaan emosi remaja dapat terhambat karena faktor-faktor seperti unggul dalam akademis, kegiatan ekstrakurikuler, tekanan teman sebaya, masalah hubungan, harapan orang tua dan dampak media sosial.
Aspek-aspek ini menuntut banyak perhatian, menyebabkan mereka banyak kelelahan fisik dan emosional serta kurangnya pencapaian.
Mengalami stres kronis atau kelelahan membuat seseorang merasa hampa, menghabiskan energi emosional, dan membuat kehilangan motivasi.
Remaja yang mengalami kelelahan sering kali tidak melihat adanya harapan akan perubahan konstruktif dalam situasi mereka dan hampir tidak dapat menyadari saat penyebab stres ini muncul.
Studi menunjukkan bahwa kecemasan yang berlangsung lama dapat menyebabkan ketidaksenangan yang ekstrem dan dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.
Dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari PinkVilla, berikut cara bagi remaja untuk mengelola pola pikir dan mengatasi stres.
1. Lacak pikiran negatif
Hal terpenting yang dapat dilakukan remaja untuk mengatasi kecemasan adalah melacak pikiran yang tidak diinginkan.
Mereka dapat melakukan ini dengan membuat jurnal rasa syukur atau buku catatan positif.
Baca Juga: Diamankan Polisi, Wanita Asal AS Ini Klaim Dirinya Harry Potter Usai Lakukan Tabrak Lari
Setiap hari, mereka dapat mempertimbangkan untuk menulis tentang hal-hal yang mereka hargai tentang diri mereka sendiri, kehidupan mereka, dan hubungan mereka.
Saat mulai menyoroti hal-hal baik yang dimiliki, kecil kemungkinan untuk merasa ketinggalan.
Ini akan membantu para remaja untuk mengatasi stres mereka.
Tukar pikiran negatif dengan pikiran yang lebih konstruktif
Mengejar pikiran yang tidak diinginkan akan memudahkan remaja untuk mengidentifikasi kata dan frasa negatif yang mereka ulangi sendiri.
Karenanya, ketika mereka mendapati diri mereka mengatakan sesuatu yang negatif, mereka dapat mengarahkan pikiran mereka dengan mengganti kata-kata negatif dengan positif.
Baca Juga: Kajian Ramadhan 2021, Masih Asing dengan Zakat Tahunan? Simak Penjelasan Lengkapnya di Sini!
2. Istirahat dari media sosial
Media sosial merupakan faktor utama penyebab stres remaja saat ini.
Mematikan teknologi jelas merupakan obat alami untuk melepaskan depresi.
Akan tetapi, hanya mematikan telefon tidak terbukti menjadi solusi yang layak untuk menghapus pemicu stres.
Kuncinya adalah mematikan teknologi dan menginvestasikan waktu untuk yang lebih konstruktif, seperti membaca buku.
Menjadwalkan slot waktu untuk memeriksa pembaruan media sosial juga akan memungkinkan remaja untuk tidak terlalu terpaku pada layar.
Sehingga mereka akan lebih berfokus pada diri sendiri.
Ini akan membantu mereka mengatasi rasa takut akan ketinggalan.
Baca Juga: Kajian Ramadhan 2021, Masih Asing dengan Zakat Tahunan? Simak Penjelasan Lengkapnya di Sini!
3. Praktekkan mindfulness
Praktik mindfulness adalah latihan di mana orang tersebut belajar, untuk secara intens menekankan pada apa pun yang mereka lakukan saat ini.
Ini akan membantu mereka mengatasi rasa takut akan ketinggalan.
Ini adalah teknik terapeutik yang mengacu pada observasi atau kesadaran yang tidak menghakimi yang terkonsentrasi pada pengalaman saat ini.
Perhatian dapat membantu mengatasi stres secara efektif.
Pendekatan paling operatif untuk mengatasi stress adalah menyelesaikan akar penyebabnya.
Kesejahteraan mental melonjak ketika berhenti melihat ke luar diri sendiri, dan sebaliknya tetap fokus pada memelihara emosi positif.***