Bayaran Bermusik di Cafe Mengandalkan Isi Kencleng, Kalau Ditolak Nggak Bakal Main

23 Februari 2023, 09:02 WIB
Band Boss Q lagi menggebrak dengan lagu Mustang Sally./DantoS /

 

SABACIREBON - Keren main band di cafe. Cafenya pun yang terkenal. Lokasi cafe di jalan yang ngetop. Tapi, bayaran main band sebagai pengisi acara live-music, hanya mengandalkan hasil dari kencleng. 

"Tentu itu sangat menyedihkan,"  ujar musisi Budhi Abuy, vocalis band Boss Q, kemarin ini. Dulu tak pernah ada cafe yang seperti itu. Band dibayar oleh cafe dan harga pun wajar.

Band bermusik di cafe, kata musisi  senior itu, bisa dibayar cara sistem sebelum main, dan ada juga yang dibayar sesudah main menunggu pemasukan cafe malam itu. "Kalau harus mengandalkan dari kencleng. Kalau tak ada yang ngasih. Gimana. Kan kasihan musisinya."       

Baca Juga: Manchester City hanya Mampu Bawa Pulang Satu Poin 

Mantan vocalis Time Bom Blues itu berani ngomong seperti begitu,  ya karena dia beberapa kali didatangi musisi band yang ngeluh, kini main di cafe tergantung kencleng. Kalau ditolak berarti nggak main.

Memang tak semua cafe seperti itu, tapi sudah rata-rata pake kencleng yang ditaruh depan stage. Itu bisa dicek di cafe-cafe, misal, yang ada di kawasan elit Jalan Braga.

"Harusnya band dijadikan sebagai patner cafe. Karena band itu bisa nyedot pengunjung," saran Budhi     yang pernah lama bermusik di cafe, baik di cafe dalam negeri maupun di luar negeri.

Baca Juga: Persija Geser Persib, Perebutan Juara Semakin Memanas

Perlu solusi 

Sementara itu, musisi M. Taufan Budiman ketika dihubungi diminta untuk komen hal itu, menyarankan, masalah tersebut harus dicarikan solusinya. "Demi untuk kebaikan bersama," tegasnya.

Perlu diingat, pendapatan daerah Kota Bandung dari dunia hiburan musik termasuk besar. Jadi pihak terkait harus ikut menangani.

Lanjut Taufan yang juga dosen di STiM --Sekolah Tinggi Musik Bandung mengatakan,  hal itu perlu untuk segera ditangani. Karena apa? Yah karena mereka itu musisi. Main musik itu sudah berkarya. Sama di cafe juga.

Baca Juga: Richard Eliezer (Bharada E) Didemosi 1 Tahun di Bagian Pelayanan Markas (Yanma) 

Sebaiknya, mereka yang terkait itu duduk bersama untuk musyawarah mufakat. "Semua untuk kebaikan bersama. Ya musisi, pemilik cafe dan Pemda Kota Bandung juga," papar Taufan.

Butuh sosok Wawan

Dulu, di Kota Bandung ada yang memfasilitasi hal tarip band main di     cafe dengan pemiliknya oleh kang Wawan Djuanda (alm.) dengan label Republic Entertainment.

Kang Wawan itu pernah membikin acara-acara pentas musik seperti Gebrakan Musik Rock hingga Full Moon. Dan sempat menghimpun band-band yang suka main di cafe dengan tujuan dibayar wajar.      

Era itu, pembayaran band main di cafe dipatok dengan bayaran minimal. Kang Wawan pun berani menombok kalau ada band yang ditawar cafe di bawah standar.

 Baca Juga: Inilah 5 Monumen Ikonik di Majalengka, Ada yang Mirip Studio Universal di Singapura

Saat itu banyak band cafe gabung. Karena bayaran yang didapat bisa dirasakan para musisi. Namun setelah kang Wawan meninggal program itu tak ada lagi.

"Coba kita simak. Pemain enam orang dapat kencleng misal 200 ribu rupiah. Lalu dibagi enam orang. Berapa perorangnya?" ujar Budhi.

Diperkirakan berapa bayaran band  minimal yang pantas di cafe? Saran Budhi, sekali tampil minimnya satu juta rupiah. Kalau 500 ribu, sudah nggak cocok lagi dengan sikon sekarang.*** (DantoS)

Editor: Otang Fharyana

Tags

Terkini

Terpopuler