Cek Fakta: 10.000 Pendeta Diklaim Jadi Klaster Terbesar dari Penyebaran Corona, Ini Faktanya

11 Mei 2020, 10:56 WIB
ILUSTRASI Covid-19.* /Pixabay/iXimus//

PIKIRAN RAKYAT - Sebuah akun Facebook bernama Rae Chandra mengunggah beberapa gambar yang mengklaim penyebaran Covid-19 di Indonesia terbanyak berasal dari klaster pendeta GBI dan GPIB.

Secara detail, narasi itu menyebutkan bahwa klaster pendeta GBI dan GPIB telah menjadi asal penyebaran terbesar yang dibawa dari Italia dan Israel. Pengunggah juga menuduh peran media dalam memberitakan dinilai tak berguna, karena tak pernah meliput tentang klaster berbahaya ini.

Kemudian, narasi itu kembali berpendapat subjektif bahwa klaster yang justru diliput pemberitaan hanya yang berasal dari jemaah tablig. Adapun narasi lengkap yang diunggah dapat terlihat sebagai berikut:

Baca Juga: Dampak Virus Corona, Ribuan Warga di Negara Terkaya pun Antre dari Pagi demi Seporsi Makanan Gratis

Copas Jokoedy. Ternyata Klaster penyebar Covid-19 terbanyak dgn jejaring terbesar di Indonesia adalah 10.000 lebih pendeta GBI & GPIB dari seluruh Indonesia yang bawa covid-19 dari Itali dan Israel,

"Itu laporan ke pekerja medis pemerintah, tapi kenapa itu tak diberitakan melalui media agar semua jadi waspada demi mengurangi penyebaran lebih lanjut dari kelompok terpapar? Apa terlalu dungu untuk mengerti bahwa resiko dr tak diberitakannya 10.000 ribu lebih pendeta Kristen dari sabang sampai Merauke yg terpapar itu menjadi kan mrk jadi semacam kelompok ‘silent mass killers’?

"Yang di-‘blow up’ di media nasional malah kelompok Islam ‘jamaah tabligh’ yang hanya bbrp orang, diwajibkan kan semua kyai untuk di Rapid Test (semuanya terbukti negatif) dan digaungkannya perintah menutup mesjid dan larangan sholat jamaah di mesjid termasuk di daerah² yg bukan zona beresiko. Tak hanya aneh, tapi juga Ngerii…”

Sebuah klaim tentang ribuan pendeta di Indonesia jadi klaster terbesar dalam penyebaran Corona selama ini. Turn Back Hoax/MAFINDO

Baca Juga: Bagaikan Pisau Bermata Dua, Mafia Italia Tawarkan Bantuan di Tengah Pandemi

Berdasarkan hasil penelurusan PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs Turn Back Hoax, terdapat fakta lain yang membantah klaim dari narasi yang beredar.

Dalam penjelasannya, total kasus positif Covid-19 di Indonesia per 8 Mei 2020 yang mencapai 13.112 kasus, dengan jumlah pendeta GBI dan GPIB yang positif Covid-19 tidak mencapai 10 ribu orang. Klaster GBI dan GPIB pun bukan satu-satunya klaster yang dominan dalam penularan Covid-19.

Lebih lanjut, dijelaskan dua kegiatan GBI dan GPIB memang menjadi salah satu klaster awal penyebaran Covid-19 di Jawa Barat, yakni Persidangan Sinode Tahunan GPIB di Hotel Aston, Bogor, pada 28-29 Februari 2020 dan seminar keagamaan GBI di Lembang, Bandung, pada 3-5 Maret 2020.

Baca Juga: Batang Terbakar, Pohon Angsana di Jalan Perjuangan Cirebon Tumbang

Selain itu, melansir dari salah satu pemberitaan nasional menyatakan Persidangan Sinode Tahunan GPIB yang dihadiri 600 peserta itu, menghasilkan satu peserta dari Bandar Lampung dan empat jemaat dari Bogor yang dinyatakan positif Covid-19. Bahkan, Wali Kota Bogor Bima Arya juga dinyatakan positif Covid-19 usai menghadiri acara tersebut.

Sementara itu, seminar keagamaan GBI menghasilkan salah satu pimpinan GBI yang dinyatakan positif Covid-19 dan meninggal dunia. Sedangkan, hasil rapid test dilakukan terhadap 637 jemaat GBI, 226 di antaranya dinyatakan positif Covid-19.

Meskipun begitu, dua kegiatan GBI dan GPIB itu bukan satu-satunya klaster penularan Covid-19 di Indonesia. Pasalnya, masih banyak klaster lain yang berasal dari agama-agama di Indonesia.

Baca Juga: Prancis Ajukan 'Amandemen Kekasih' agar Pasangan Bisa Bertemu setelah Kelonggaran Lockdown

Dalam arti lain, penularan Covid-19 sejatinya tidak terkait ataupun dibawa oleh agama tertentu.

Adanya klaster GBI dan GPIB serta klaster Ijtima Gowa menunjukkan bahwa kerumunan orang dalam jumlah besar, termasuk di acara keagamaan, menyebabkan semakin cepatnya penularan Covid-19.

Dengan demikian, narasi yang disebutkan dalam unggahan itu dapat dipastikan keliru. Untuk itu, konten narasi yang bereda itu termasuk dalam kategori Konten yang Menyesatkan.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: Turn Back Hoax MAFINDO

Tags

Terkini

Terpopuler