Menentang Tren Pemanasan Global, Satu Daerah di Atlantik Justru Alami Suhu Lebih Dingin

4 Juli 2020, 12:29 WIB
PERUBAHAN lapisan ozon di kutub utara (Arktik).* /NASA via Science News/

PR CIREBON - Pemanasan global telah hampir membuat berbagai tempat di belahan bumi mengalami peningkatan suhu karena meningkatnya efek gas rumah kaca.

Namun rupanya, ada satu petak air di Atlantik Utara yang menentang kondisi tersebut. Pasalnya, tempat ini diketahui suhunya terus turun dan cenderung menjadi lebih dingin.

Lebih detailnya, peneliti menyebut tempat ini sebagai 'gumpalan dingin' yang kemudian menjadi isu menarik bagi ahli iklim saat pertama kali ditemukan di tahun 2015.

Baca Juga: Diborong Trump, Uni Eropa Justru Berikan Izin Bersyarat Penggunaan Remdesivir untuk Vaksin Covid-19

Hanya saja, struktur kompleksnya yang memiliki sirkulasi air laut telah membuat peneliti sulit menjelaskan terjadinya gumpalan dingin ini.

Melansir dari Science Alert, terungkap sebuah studi baru menambahkan penjelasan ilmiah terkait fenomena tersebut yang menyebutkan ada lebih dari satu penyebab terjadinya gumpalan dingin tersebut.

Studi baru itu diungkapkan tim peneliti dari Max Planck Institute for Meteorology di Jerman, yang telah dipublikasikan dengan judul 'Multiple drivers of the North Atlantic warming hole' di Nature Climate Change pada 29 Juni 2020.

Baca Juga: Dituding Hina Santri Ponpes di Tasik, Denny Siregar: Makasih Drun, Gue Trending Lagi

Mereka menerapkan pemodelan iklim jangka panjang untuk menyimulasikan berbagai konfigurasi untuk menemukan kecocokan dengan suhu yang diamati.

Adapun salah satu faktor yang mereka identifikasi tidak begitu mengejutkan karena mendukung penelitian sebelumnya.

Tepatnya, identifikasi itu menunjukkan aliran air yang disebut Atlantic meridional overturning circulation (AMOC) melemah secara signifikan sejak pertengahan abad ke-20.

Bahkan, tempat itu berjalan dengan uap penuh, sehingga sirkulasinya mengambil air permukaan yang hangat dan asin dari daerah tropis di dekat Teluk Meksiko sebelah utara menuju pantai Eropa, lalu berlanjut menukarnya dengan air tawar dingin yang disuplai oleh es yang mencair.

Baca Juga: Menteri Kabinet Terancam Reshuffle, Faisal Basri: Menkes Terawan Layak Jadi Kandidat Pertama

Namun demikian, kepastian penyebab munculnya air tawar ini tidak diketahui secara jelas, meski ada dugaan ada air es yang meleleh dari Greenland.

Untuk mencari tahu hubungan antara iklim Bumi dan gumpalan dingin, para peneliti pun menggunakan model iklim Bumi terperinci untuk memasangkan variasi energi, karbon dioksida, air melintasi lautan, daratan, dan atmosfer.

Simulasi model ini memungkinkan melihat hal yang mungkin terjadi jika memaksa AMOC berputar dengan kecepatan penuh hingga meninggalkan atmosfer untuk bertindak sebagai faktor yang mempengaruhi semuanya.

Baca Juga: Klaim Sudah Serupa Jerman, Jabar Lakukan PCR dan RDT Lebih dari 500 Ribu Sampel

Hasilnya benar, ada efek kecil. Saat air hangat yang masuk mendingin akan menghasilkan awan dataran rendah yang akan memantulkan radiasi yang masuk hingga gilirannya lebih mendinginkan permukaan.

Sementara itu, ditemukannya penelitian ini menunjukkan pentingnya manusia memperhitungkan berbagai faktor dalam menilai perubahan iklim baik di lokal maupun global.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Science Alert

Tags

Terkini

Terpopuler