Tahun 2035 Uni Eropa Hentikan Produksi dan Penjualan Kendaraan Ber-BBM

- 14 November 2022, 12:11 WIB
Mobil Listrik Wuling Air Ev yang diluncurkan pada ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022
Mobil Listrik Wuling Air Ev yang diluncurkan pada ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022 /

 

SABACIREBON- Negara-negara Uni Eropa baru-baru ini telah memutuskan untuk menghentikan kendaraan pembakaran internal (ICE), kendaraan listrik, secara bertahap pada tahun 2035.

 Blok Eropa tersebut hanya akan mengizinkan penjualan kendaraan listrik, kendaraan tanpa emisi pada tahun 2035 dan telah mengamanatkan bahwa 50 persen dari semua van baru dijual pada tahun 2030 menjadi ZEV.

Baca Juga: Pengobatan Herbal : Kirinyuh, Tanaman Obat Serbaguna dan Cara Mengolahnya (Bagian 2)

“Sudah menjadi tren bahwa di Eropa pada 2035 tidak boleh memproduksi kendaraan dengan BBM, mereka telah transisi untuk mengganti infrastruktur untuk kendaraan listrik. Rasanya, kita juga mengarah ke sana,” kata Direktur Utama Adira Finance Dewa Made Susila.

 Made menilai minat pembelian kendaraan listrik (EV) di Indonesia masih memasuki tahap awal (early stage).

Baca Juga: Peristiwa Langka : Sulastri Irwan Harus Viral Dulu Baru Lulus Jadi Calon Polwan..

Reflection industry-nya masih early. Pembeli kendaraan listrik roda empat saat ini masih (di segmen) orang kaya yang dah punya mobil.

 Early adopter adalah mereka, namun, belum (masuk ke tahapan) mass consumption,” kata Made dalam temu media terbatas di Jakarta, Minggu 13 November 2022 malam..

 Baca Juga: Mahasiswa Italia Ungkap Kengerian ketika Terjadi Ledakan Bom di Kawasan Ramai Jalan Istiklal Caddesi Turki 

Menurut Made, hal ini mengacu pada masa pengenalan kendaraan listrik baik roda empat maupun roda dua kepada masyarakat, dinamika dan karakteristik masing-masing kendaraan serta konsumen di Indonesia.

 “Ada beberapa karakter kendaraan listrik yang beda dengan kendaraan konvensional. Misalnya komposisi harga baterai yang lebih besar daripada komponen lainnya,” kata dia.

 Baca Juga: Seorang Wanita Diduga Teroris sedang Diburu Pihak Berwajib Turki.

“Selain itu, perilaku unik nasabah kendaraan Indonesia yang memikirkan banyak hal, termasuk harga jual. Harga secondary (kendaraan listrik) terbentuk pasarnya,” ujarnya menambahkan.

Faktor lain yang masih menjadi pertimbangan bagi masyarakat sebagai konsumen untuk beralih membeli kendaraan listrik adalah perawatan (maintenance), hingga detil soal pengisian daya.

Baca Juga: Hadeuhh..! Lagi, Hakim Agung yang Pernah Tugas di PN Bandung, jadi Tersangka

“Ini baru tahap awal. Semua konsumen, produsen, dan perusahaan pembiayaan juga belajar soal karakteristik ini agar fair. Kita juga masuk ke segmen pembiayaan itu (EV),” kata Made.

Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa Indonesia telah berada di jalur yang tepat menyusul tren negara-negara dunia yang telah mengarah menuju transisi kendaraan ramah lingkungan.

 Baca Juga: Rahasia Melly Goeslaw Menghilangkan Rasa Lapar, Berat Badannya turun 23 Kilogram..!

“Hanya saja, karakteristik konsumen kita berbeda. Adopsinya seberapa cepat? Tidak semua teknologi bisa di-adopt dengan cepat. Namun, tren ini (EV) tidak bisa dihindari,” imbuhnya. ***

 

Editor: Uyun Achadiat

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x