PR CIREBON - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta memperkirakan erupsi Gunung Merapi akan sama seperti letusan pada tahun 2006.
Hal tersebut didapatkan dari indikator data pemantauan Gunung Merapi yang telah melampaui saat menjelang erupsi pada 2006. Begitu juga dengan peningkatan seismik dan deformasi yang meningkat menuju dekatnya waktu erupsi.
"Aktivitas seismik yang terpantau saat ini sudah melampaui aktivitas menjelang munculnya kubah lava pada erupsi 2006, tetapi masih lebih rendah dibanding aktivitas seismik saat erupsi 2010,” kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida pada Rabu 11 November 2020, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara News.
Baca Juga: Seorang Perawat di Inggris Didakwa Karena Membunuh 8 Bayi dan Percobaan Pembunuhan 10 Bayi Lainnya
BPPTKG pun menyusun dua skenario erupsi karena indikator yang ditunjukkan saat ini sudah melampaui kondisi siaga pada 2006, yaitu skenario terjadi ekstrusi magma dengan cepat dan skenario erupsi eksplosif.
Menurut Hanik, dengan aktivitas seismik yang sudah melampaui kondisi yang terukur saat erupsi 2006, maka jenis erupsi yang dimungkinkan terjadi akan bersifat eksplosif.
Namun demikian, lanjut dia, jika terjadi erupsi eksplosif maka tidak akan sebesar erupsi 2010, karena tidak terjadi tekanan berlebihan di dapur magma, migrasi magma berjalan pelan, peningkatan kegempaan dan erupsi menyerupai erupsi pada 2006 yang bersifat efusif, dan banyak terjadi hembusan yang menandakan pelepasan gas.
Baca Juga: Gelandang Persija Marc Klok Resmi Jadi Pemain Naturalisasi Indonesia Setelah Mengucapkan Sumpah WNI
Berdasarkan pusat terjadinya kegempaan, maka saat ini magma berada dengan jarak sekitar 1,5 kilometer dari puncak.