Data terbaru mencatat lonjakan signifikan dalam kegiatan gempa. Dari 1 hingga 10 Mei 2024, tercatat lebih dari 900 kali gempa hembusan, bersamaan dengan peningkatan jumlah gempa vulkanik dalam dan gempa tektonik jauh.
Pemantauan deformasi menggunakan teknologi terkini menunjukkan fluktuasi yang stabil namun mengkhawatirkan, dengan perubahan jarak relatif yang kecil namun konsisten.
Baca Juga: Karena Alasan Ini Gunung Ciremai Ditutup Sebulan untuk Aktivitas Pendakian
Tiltmeter yang ditempatkan di beberapa stasiun pemantauan memperlihatkan pola yang meningkat pada komponen Y (radial) pada periode tersebut, memicu peringatan dari Badan Geologi.
Wafid menekankan bahwa peningkatan tekanan di bawah tubuh Gunung Slamet bisa memicu gempa dangkal atau bahkan erupsi.
Ancaman bukan hanya sebatas erupsi, tapi juga meliputi kemungkinan lontaran material pijar yang berpotensi mengancam daerah sekitar.
Baca Juga: Seorang Pendaki Gunung Cikuray di Kabupaten Garut Tewas Tersambar Petir
Hujan abu juga menjadi ancaman nyata, terutama bagi area di sekitar kawah dan tergantung pada arah serta kecepatan angin.
Badan Geologi mengimbau agar masyarakat menjauhi radius dua kilometer dari puncak kawah Gunung Slamet.
Waspada terhadap potensi bahaya adalah kunci untuk keselamatan bersama di tengah meningkatnya aktivitas gunung yang megah namun tak terduga ini. ***