Tampilkan Seksualitas Remaja Muslim, Film 'Cuties' Tuai 610 Ribu Petisi Berhenti Langganan Netflix

- 12 September 2020, 14:40 WIB
Tagar #CancelNetflix menguat menolak tayang film Cuties yang dinilai mengandung unsur pelecehan terhadap anak.
Tagar #CancelNetflix menguat menolak tayang film Cuties yang dinilai mengandung unsur pelecehan terhadap anak. /Netflix

PR CIREBON – Film terbaru yang ditayangkan di layanan video berbayar Netflix berjudul “Cuties” menuai banyak kontroversi.

Film yang berasal dari negara Prancis dengan judul “Mignonnes” ini, mengisahkan tentang seorang remaja muslim berusia 11 tahun yang bergabung dengan sebuah kelompok tari.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs resmi Antara News, menurut data dari situs web petisi Change, tercatat sebanyak 610.000 orang lebih yang telah menandatangani petisi untuk berhenti berlangganan Netflix.

Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes atas keputusan perusahaan layanan video berbayar tersebut yang menayangkan film terbarunya “Cuties” pada 9 September lalu.

Baca Juga: Samakan Kebijakan Anies Baswedan dengan Macan, PDIP: Hebat Sebatas Kertas, Implementasi Nol Besar

Meskipun banyak kecaman dan protes, bahkan hingga menjadi trending topik di media sosial Twitter dengan tagar #CancelNetflix, perusahaan Netflix tetap menanggapi hal itu dengan santai dan meminta para pengkritik untuk menonton film tersebut.

“film ini justru merupakan sebuah komentar sosial melawan seksualisasi anak-anak,” ucap juru bicara Netflix kepada New York Post dikutip Sabtu, 12 September 2020.

Sutradara film “Cuties”, Maimouna Doucoure mengatakan bahwa dia sudah setahun melakukan penelitian terkait tingkah laku dan motif anak-anak.

Baca Juga: Tak Perpanjang Tenggat Waktu, Trump akan Tutup TikTok Segera Jika Belum Temukan Pembeli

“ini adalah film peraih penghargaan dan memiliki kisah yang kuat terkait tekanan yang dihadapi oleh anak-anak perempuan di media sosial maupun di masyarakat pada umumnya ketika mereka beranjak dewasa,” ucap Maimouna.

“Dan kami mendorong kepada siapa saja yang peduli dengan masalah penting ini untuk menonton film ini,” sambungnya.

Akan tetapi, tetap saja orang-orang menganggap pencitraan terhadap seksualitas anak-anak merupakan sebuah hal yang mengerikan.

Baca Juga: Singapura Luncurkan 'Jalur Hijau' dengan Jepang, Rencanakan yang Sama dengan Indonesia

Richard Brody, seorang kritis film, dalam The New Yorker berargumen bahwa para pembenci sepenuhnya telah melewatkan inti dari film tersebut, yang sebenarnya mengkritik struktur yang mengarah pada seksualisasi anak.

“Subjek ‘Cuties’ bukanlah twerking; anak-anak, terutama anak-anak miskin dan bukan kulit putih, yang kehilangan sumber daya (seperti pendidikan, dukungan emosional, diskusi keluarga terbuka) untuk menempatkan media seksual dan budaya pop ke dalam sebuah perspektif,”kata Richard.

Baca Juga: Lawan Arus saat Menteri Ramai Serang Anies Baswedan, Erick Thohir: Rakyat Harus Mau Disiplin Sehat

Richard mencatat bahwa ia meragukan banyak dari “scandal-mongers” yang telah benar-benar menyaksikan film yang benar-benar mereka benci itu, bahkan film “Cuties” tidak merayakan anak-anak yang berperilaku seksual.

“Itu mendramatisasi kesulitan dalam membesarkan perempuan dalam budaya media yang seksual dan dikomersialkan, katanya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x