PR CIREBON - Pengamat Politik dari Universitas Padjajaran, Idil Akbar nampak mengomentari fenomena baru yang muncul dalam Pilkada Solo, yakni partai politik memilih bergerombol mendukung salah satu pasangan calon yang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi.
Menurutnya, praktik ini membuat muncul pilkada dengan calon tunggal. Meski memang diperbolehkan, tapi membuat masyarakat tidak punya pilihan, selain paslon yang diusung parpol melawan kotak kosong.
Bahkan, isu terbaru yang muncul belakangan ini menyebut adanya pasangan calon boneka yang berkembang setelah lolosnya paslon dari jalur perseorangan, Bagyo Wahyono dan FX Supardjo (Bajo) untuk mengikuti Pilkada Solo 2020.
Baca Juga: Cerdas Balikkan Sindiran Megawati, KAMI: Masalah Duniawi Selesai, Saatnya Selamatkan Indonesia
Sebagai informasi, pasangan calon Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa sudah mendapatkan dukungan mayoritas, seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Golkar, Gerindra, dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Padahal awalnya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berniat memunculkan satu paslon untuk melawan Gibran dan Teguh, tetapi terhalang kursi DPRD yang hanya berjumlah 5, berarti tidak cukup untuk mencalonkan jagoannya.
Sedangkan di sisi lain Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto membantah partainya telah memunculkan calon boneka di Solo
"PDIP tidak pernah merencanakan adanya calon-calon boneka," tegas Hasto.
Baca Juga: Realistis dan Menenangkan Jiwa, Berikut Rekomendasi Melodrama Korea Penuh Haru dan Menggugah Emosi
Namun demikian, pada 2015 lalu sempat beredar kabar ada "barter politik" antara PDIP dan Demokrat untuk Pilkada Kota Surabaya dan Kabupaten Pacitan.