Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto.
Tamat sekolah dari Hoogere Burger School (HBS), Soekarno melanjutkan studinya ke Technische Hoogeschool te Bandoeng, atau sekarang ITB Bandung. Ia mengambil jurusan teknik sipil pada tahun 1921, hingga lulus menjadi Insinyur pada 25 Mei 1926, dan menjadikannya sebagai arsitek.
Selama di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan juga sahabat karib H.O.S. Tjokroaminoto.
Di sana, Soekarno berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.
Lalu, dengan segala perjuangannya, Soekarno didampingi Mohammad Hatta, mampu memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Jepang pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah Pancasila terbentuk menjadi dasar negara ini.
Tanggal 17 Agustus hingga kini diperingati sebagai Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Adapun untuk dasar negara Pancasila dicetuskan pada tanggal 1 Juni 1945. Yang kemudian sampai sekarang 1 Juni selalu diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila.
Satu hal yang tak bisa dilupakan oleh memoar sejarah bangsa, ketika Soekarno berada di ambang kejatuhannya, atau berada di dalam Istana Negara untuk terakhir kalinya. Ia tampak sebagai sosok yang menarik dan begitu merakyat.
Soekarno tampil seperti seorang pria biasa, hanya mengenakan kaos oblong putih kesukaannya, sambil bersantap makanan bersama istrinya Ratna Sari Dewi Soekarno, yang adalah keturunan Jepang.