Jahe, serta jinten hitam (habatussauda), disebutkan Guru Besar Bidang Farmasetika UII ini, menjadi tanaman yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi obat Covid-19.
Lalu, dipaparkannya pula, bahwa salah satu studi pemodelan molekul (molecular docking) untuk memprediksi interaksi protein host-virus di lokasi masuknya SARS-CoV-2 menunjukkan efek penghambatan konstituen jahe (Zingiber officinale).
Baca Juga: Papua Nugini Ucapkan Perpisahan pada 'Ketua Agung' Michael Somare dalam Upacara Kenegaraan
Dalam konteks ini, konstituen jahe (Zingiber officinale) sebagai penghambat masuk virus SARS-CoV-2 dengan menggunakan semua protein inang dan asal virus.
Terlebih, Badan POM merekomendasikan jahe sebagai suplemen peningkat kekebalan alami. Serta, bahan penyusun formulasi herbal sebagai tindakan pencegahan untuk meningkatkan kekebalan tubuh setelah wabah Covid-19.
"Sehingga sebagai penghambat masuk SARS-CoV-2 jahe juga dapat menjadi suplemen yang aman dan andal untuk memitigasi Covid-19 untuk mengurangi infektivitas karena juga memiliki aktivitas antibakteri dan pendorong imunitas," terang dia.
Baca Juga: Lirik Lagu Maafkan Aku Terlanjur Mencinta Tiara Andini, Pernah Dicover Ryewook Super Junior
Sementara untuk tanaman jintan hitam atau habatussauda, diterangkan Yandi Syukri, memiliki aktivitas antivirus, antioksidan, antiradang, antikoagulan, imunomodulator, bronkodilator, antihistaminik, antitusif, antipiretik, dan analgesik.
"Sehingga ini akan menjadi kandidat herbal potensial untuk mengobati pasien dengan Covid- 19," ujarnya.
Guru Besar Bidang Farmasetika UII juga menyebut pengobatan alami telah digunakan oleh sekitar 80 persen populasi dunia, terutama di negara berkembang untuk perawatan kesehatan primer.