Dituduh Buat Dinasti Politik di Pilkada Solo, Gibran: Ini Kontestasi, Warga Tak Wajib Coblos Saya

26 Juli 2020, 10:36 WIB
Gibran /Doc RRI

PR CIREBON - Permulaan karir politik Putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming memang tak main-main dengan memutuskan maju dalam Pilkada Solo 2020.

Bahkan, langkah awal itu banyak dinilai sebagai proses membuat dinasti politik keluarga Presiden Jokowi.

Hingga akhirnya, Gibran buka suara terkait tudingan melakukan dinasti politik usai memutuskan maju di Pilkada Solo 2020.

Baca Juga: Suci Fitri Beri Keterangan Sama Berulang Kali, Sebut Yodi Prabowo Inginkan Ketiadaan Hidup

Dalam detailnya, Gibran menyatakan tudingan dinasti politik yang dialamatkan pada dirinya sebenarnya tidak sesuai.

Pasalnya, ia berdalih pencalonan dirinya bukan atas penunjukkan orang-orang, tapi murni atas dorongan dirinya sendiri.

Lebih lanjut, Gibran pun membantah tudingan bahwa keluarganya hendak membangun dinasti politik dengan pencalonannya sebagai Cawalkot Solo, juga dinyatakan tidak relevan.

Pasalnya, dia mesti bertarung dalam Pilkada, bukan ditunjuk langsung menjadi Wali Kota Solo.

Baca Juga: Sebut Yodi Prabowo Bunuh Diri, Polisi Ungkap Peran Dua Saksi Bicarakan Sosok Aneh Berkupluk Hijau

"Saya kan ikut kontestasi (itu, red) bisa menang bisa kalah. Tidak ada kewajiban untuk mencoblos saya. (Pilkada, red) ini kan kontestasi bukan penunjukkan. Jadi, kalau yang namanya dinasti politik, di mana dinasti politiknya? Saya juga bingung kalau orang bertanya seperti itu," ungkap Gibran dalam diskusi virtual di kantor DPP PDIP, seperti yang dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Warta Ekonomi pada Jumat, 24 Juli 2020.

Sebagaimana telah diberitakan Warta Ekonomi dengan judul "Dituding yang Enggak-Enggak, Gibran Tegas: Gak Usah Coblos Saya!"

Adapun selama serangan tudingan yang dialamatkan itu, Gibran mengaku rutin menjernihkan masalah yang kerap menimpa dirinya itu, seperti selalu menjelaskan dinasti politik yang sebenarnya tidak sesuai dengan pandangan orang-orang.

"Jadi banyak yang menanyakan masalah dinasti politik, sebenarnya dalam satu tahun terakhir ini, kalau di Solo ya, saya setiap kali bertemu dengan warga, saya selalu jelaskan apa itu dinasti politik," jelas Gibran.

Baca Juga: Sebut Gibran Salah Melangkah di Pilkada Solo, Rocky Gerung: Seharusnya Magang Dulu, Biar Belajar

Sedangkan dalam pandangan Gibran, masyarakat Solo sendiri sudah cukup memahami makna dinasti politik yang sebenarnya, sekaligus menjadi bukti masyarakat kini semakin cerdas berpolitik.

Tepatnya, Gibran mengklaim masyarakat solo tak mempermasalahkan itu, ditambah kedatangan Gibran saat blusukan banyak diterima warga dengan tangan terbuka.

Artinya, Gibran menilai hanya segelintir orang yang selalu meributkan dinasti politik ini.

"Kalau yang masih meributkan dinasti politik itu kan ya dari, ya kita tahu orang orangnya siapa, dan yang diributkan itu itu saja," pungkas Gibran.

Baca Juga: Cek Fakta: Muslim Israel Dikabarkan Salat di Pinggir Jalan karena Masjid Sudah Diubah Jadi Bar

Di sisi lain, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menjadi moderator dalam diskusi itu turut memberikan pandangan bahwa Gibran punya kemampuan komunikasi politik yang baik.

Ia pun menggambarkan langkah Gibran sudah matang saat turun ke lapangan dan berdialog dengan masyarakat karena sudah menjalani pendidikan politik sejak di rumah.

"Aspek motivasinya kita lihat mas Dhito dan Mas Gibran tidak semata-mata karena anak tokoh besar kemudian di rumah saja. Mereka bukan jago kandang. Mereka terjun dan menghadapi tantangan dengan senyum dan optimisme," jelas Hasto saat ditanya soal banyaknya pihak yang meragukan kemampuan Gibran dan Dhito.

Baca Juga: Sebut PKS Salah Sasaran Kritik, Ruhut: Sebaiknya Pikirkan Rumah Tangga yang Disaingi Partai Gelora

Bahkan, Hasto menilai keduanya akan dimatangkan lewat Sekolah Partai yang membuat setiap cakada akan diberikan materi tentang pengelolaan anggaran yang pro wong cilik, geopolitik, dan ideologi Pancasila.

Sementara itu, berkaitan dengan kemungkinan Gibran akan melawan kotak kosong, justru menunjukkan legitimasi keduanya kuat, sehingga hampir semua partai mengusung Gibran dalam kontestasi.

"Artinya kepemimpinannya diterima. Sehingga partai yang lain memberikan dukungan," jelas Hasto mengakhiri.***(Redaksi WE Online)

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Warta Ekonomi

Tags

Terkini

Terpopuler