SABACIREBON - Kementerian Kesehatan RI menegaskan tidak ada kaitan antara kasus hepatitis akut berat dengan akibat anak divaksin covid 19 atau karena divaksin lainnya.
Memang ada adenovirus yang digunakan untuk pembuatan vaksin covid 19, akan tetapi tipenya berbeda yakni dari varian adnovirus 27.
“Masyarakat tidak perlu panik, meski tetap harus waspada,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi, Kamis, 5 Mei 2022, saat live di TvOne.
Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, sebanyak 228 kasus yang dilaporkan dari 20 negara, tiga orang di antaranya berasal dari Indonesia. Kalau melihat jumlah tiga kasus di Indonesia masih terbilang kecil.
Baca Juga: Di Tengah Kebahagiaan Lebaran Seorang Remaja Terseret Banjir Bandang
“Hanya karena sekarang sedang musim mudik, dikhawatirkan terjadi penularan. Sementara penularan hepatitis umumnya melalui makanan dan dari faktor kebersihan yang kurang,” kata Siti Nadia Tarmizi.
Dia kembali menegaskan, dari 228 pasien didunia yang dilaporkan memang buka disebabkan oleh virus hepatitis A sampai E.
Sebagaimana diketahui, hepatitis memiliki varian mulai hepatitis A, B, C, D, sampai E dan sudah lama diketahui.
Sedangkan yang disebut-sebut penderita hepatitis yang di antaranya ada yang sampai meninggal disebut sebagai virus akut berat.
Baca Juga: Pangandaran: Objek Wisata Panta yang Favorit, Mampu Bangkitkan Ekonomi Daerah
Namun seperti apa virus hepatitis akut berat, juga belum diketahui karena masih misteri. Namun yang pasti di luar hepatitis A, B, C, D, dan E.
Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, adenovirus -- yang di antaranya dibuat vaksin -- memiliki 50 sub varian. Sedangkan yang biasa ditemukan pada pasien hepatitis biasanya varian adnovirus tipe 41.
Adenovirus, menurut Siti Nadia Tarmizi, sebenarnya virus biasa saja yang bisa menyerang anak-anak dan orang dewasa dengan gejala diare. Terkadang penderita biasa sembuh dengan sendirinya.
Dari kasus anak yang meninggal di Jakarta, Kata Nadia Tarmizi, belum bisa dipastikan apakah itu karena akibat hepatitis akut berat sebagaimana sekarang banyak dikhawatirkan.
Pasalnya dua anak di antaranya memiliki penyakit penyerta meski memang menderita hepatitis.
Baca Juga: India Minta Indonesia Segera Cabut Larangan Ekspor Minyak Goreng
“Hanya memang mereka menderita hepatitis, seperti kulitnya kuning, mata kuning, dan ada mual,” kata Siti Nadia Tarmizi.
Dia mengatakan, sejak hari Minggu (1 Mei 2022) Kemenkes meningkatkan kewaspadaan. Hal itu setelah WHO menyatakan status kejadian luar biasa terhadap hepatitis akut berat ini.
Makanya, kata Siti Nadia Tarmizi, setiap ada pasien yang dirawat dengan gejala hepatitis, seperti demam kuning atau sindrom kuning, harus segera dilaporkan.
Dengan begitu memang beberapa rumah sakit melaporkan pasien-pasiennya dengan gejala hepatitis. Namun itu bukan berarti menderita hepatitis akut berat.
Jadi pasien hepatitis A, B, C, D,dan E, dilaporkan tidak lain untuk meningkatkan kewaspadaan. Selain itu juga antisipasi agar penularan bisa dicegah.
Disebutkan Siti Nadia Tarmizi, sebagai pencegahan, semua harus bersikap hidup sehat dan terapkan protokol kesehatan, sama dengan untuk covid 19.
Penularan virus hepatitis bisa lewat makanan (food bone disease) atau melalui udara (airbone disease)
Tindak lanjut lainnya, Kemenkes melakukan persiapan-persiapan. Antara lain menyebarkan flyer-flyer (pesan/imbauan) tentang bagaimana cara mengantisipasi penyebaran hepatitis.
Rumah sakit-rumah sakit pemerintah juga sudah menyiapkan kamar khusus jika nantinya ada rujukan dari rumah sakit lainnya di Jakarta.
“Ya ini sebagaimana pernah terjadi ketika covid 19 mulai masuk ke Indonesia,” kata Siti Nadia Tarmizi.***