Tari Merak Sunda: Warisan Budaya Takbenda dari Kota Bandung

- 21 Juni 2024, 10:00 WIB
Tari Merak Sunda
Tari Merak Sunda /bandung/disbudpar

 

SABACIREBON - Bandung bukan hanya sebuah kota yang menjadi rumah bagi jutaan warganya. Lebih dari itu, Bandung adalah kisah dan sejarah yang telah bergulir lebih dari dua abad silam. Sejak dahulu, Bandung mahsyur akan kemolekannya. Kota yang dikelilingi pegunungan ini memang menyimpan berjuta keindahan alam. Tidak hanya itu, berbagai macam destinasi wisata menarik mulai dari tempat kuliner sampai tempat rekreasi bisa ditemukan di Kota Bandung. Selain dikenal sebagai Paris Van Java dan Kota Kembang, Bandung juga dijuluki The Most European City in The East Indies, Bandung Excelsior, Intelectuele Centrum Van Indie, Europe in The Tropen, Kota Permai, Kota Pendidikan, Kota Kreatif hingga Kota Kuliner.

Salah satu warisan budaya yang paling menonjol dari Bandung adalah Tari Merak Sunda. Tarian ini merupakan salah satu jenis tari kreasi baru yang mengekspresikan kehidupan burung merak. Tata cara dan gerakan-gerakan dari kehidupan burung merak diangkat ke atas pentas dengan begitu anggun dan estetis. Ciri khas Tari Merak Sunda terlihat dari pakaian yang digunakan oleh para penarinya, yaitu kostum dengan motif yang menggambarkan bentuk dan warna bulu-bulu merak. Sepasang sayap yang berlukiskan sayap atau ekor merak dipasang di bagian belakang penari, sehingga ketika kedua tangannya merentang, akan membentuk gambaran burung merak yang sedang melebarkan sayapnya.

Tari Merak Sunda biasa ditarikan secara rampak, tiga penari atau lebih yang masing-masing memerankan merak betina atau merak jantan. Iringan lagu gendingnya adalah lagu Macan Ucul. Di antara tarian ciptaan R. Tjetje Somantri, mungkin Tari Merak Sunda inilah yang paling terkenal di Indonesia dan di luar negeri. Tarian ini diciptakan pada tahun 1950-an oleh seniman dan koreografer tari asal Jawa Barat, Raden Tjetje Soemantri. Beliau mengambil gerakan-gerakan indah dari burung merak yang kemudian dijadikan sebuah tarian. Pada mulanya, penciptaan tarian ini ditujukan untuk menghibur para delegasi Konferensi Asia Afrika dalam acara resepsi di Bandung tahun 1955.

Sejak diciptakan, Tari Merak Sunda karya Tjetje hanya dipertunjukkan lima kali, yaitu dalam rangkaian kegiatan KAA di halaman belakang Gedung Pakuan pada tahun 1955; tahun 1955 di Hotel Orient, Bandung; tahun 1957 dalam rangka menyambut kehadiran Voroshilof, Presiden USSR (Rusia) di Gedung Pakuan; di Hotel Savoy Homann tahun 1958; dan dalam pertunjukan tari di YPK pada tahun yang sama. Sepeninggal Raden Tjetje Somantri pada tahun 1963, Irawati Durban sebagai muridnya menyempurnakan tatanan Tari Merak Sunda dengan mengolah kembali struktur koreografi tariannya.

Seiring perkembangan zaman, Tari Merak mulai dikenal secara luas. Tarian ini merupakan tari modern atau kontemporer, di mana setiap gerakan dalam tarian ini diciptakan secara bebas dengan kreasi sendiri. Tarian ini bukan tarian tradisional atau tarian klasik. Inspirasi dari burung merak diadaptasi dari gerak-gerik burung merak jantan yang memikat merak betina dengan pesona bulu-bulu ekornya yang cantik. Keindahan gerakan dalam Tari Merak Sunda mampu menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Barat dan Indonesia secara luas.

Gerakan Tari Merak memiliki makna sebagai salah satu perwujudan atas rasa kagum terhadap keindahan burung merak di alam bebas. Salah satu gerakan indah yang ditampilkan adalah gerakan burung merak jantan yang memperlihatkan keindahan bulu ekornya. Setiap penari memiliki peran masing-masing, yaitu sebagai merak jantan dan merak betina. Tari Merak ini biasa ditarikan oleh perempuan dengan mengenakan busana yang sangat glamor, estetis, eksotis, serta komposisi kinestetiknya. Hal ini menjadikan Tari Merak Sunda memiliki daya pikat tersendiri bagi siapa pun yang menari dan menontonnya.

Setiap gerakan penari diiringi oleh musik tradisional bernama gending Macan Ucul. Hebatnya lagi, Tari Merak Sunda mendapatkan penghargaan sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada tahun 2020. Selain menjadi ikon Kota Bandung, Tari Merak Sunda juga menjadi salah satu ikon budaya khas Jawa Barat yang sudah dikenal hingga mancanegara. Tarian ini telah membawa nama baik Indonesia di kancah internasional dan terus dilestarikan oleh generasi muda.***

*) Sumber tulisan dari Buku Ragam Cipta oleh Atik Soepandi, S.Kar - Drs. Enip Sukanda P - Drs. Ubun Kubarsah.

Editor: Buddy Nugraha

Sumber: disbudpar.bandung.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah