PR CIREBON — Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kuningan menyebutkan penyumbang kemiskinan di Kota Kuda sebanyak 72 persen adalah dari meningkatnya pengangguran dan banyaknya petani gurem.
“Warga Kuningan banyak yang merantau menjadi pedagang Burjo (bubur kacang ijo) dan indomie rebus di kota-kota besar. Kena lockdown pada balik kampung nganggur ditambah gak mau kerja serabutan, misal jadi buruh bangungan atau apa di rumahnya,” ungkap Kepala Bappeda Kuningan, Ir. Usep Sumirat, ketika ditemui Pikiran-Rakyat.Cirebon.com di ruang kerjanya, Selasa 2 Februari 2021.
Kepala Bappeda Kuningan menyampaikan untuk penanganan kemiskinan, pertama harus adanya daya beli masyarakat.
Baca Juga: AHY Surati Jokowi Terkait Isu Kudeta Partai Demokrat: Salah Satunya di Lingkaran Presiden
Khusunya, bagi warga Kuningan usia produktif, Bappeda akan rumuskan program untuk bagaimana caranya bisa mendapatkan lapangan kerja bagi pengangguran.
Serta, meningkatkan penghasilan bagi yang sudah bekerja namun pendapatannya kecil.
Kepala Bappeda Kuningan, menyebut masyarakat Kabupaten Kuningan yang menjadi perantau dan bekerja di sektor informal tersebut ada sekitar 30 persen.
Kedua, penanganan dilakukan dengan meringankan beban warga miskin di luar usia produktif, seperti masyarakat jompo ataupun cacat/lumpuh, yang memang sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk menyantuninya.