Presiden Prancis Hormati Kekecewaan Muslim, Macron Tidak Setuju Atas Kekerasan Fisik yang Terjadi

- 1 November 2020, 13:00 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron: Presiden Prancis menyebutkan bahwa dia menghormati kekecewaan muslin namun tidak menyetujui adanya kekerasan yang terjadi saat ini.
Presiden Prancis Emmanuel Macron: Presiden Prancis menyebutkan bahwa dia menghormati kekecewaan muslin namun tidak menyetujui adanya kekerasan yang terjadi saat ini. //Twitter

Macron telah mengerahkan ribuan tentara untuk melindungi situs-situs seperti tempat ibadah dan sekolah, dan para menteri telah memperingatkan bahwa serangan militan Islam lainnya dapat terjadi.

Serangan di Nice, pada saat Muslim tengah merayakan ulang tahun Nabi Muhammad, terjadi di tengah kemarahan Muslim yang meningkat di seluruh dunia atas pembelaan Prancis atas hak untuk menerbitkan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: Pernyataannya Tentang Sumbangsih Milenial Viral di Media Sosial, Megawati Angkat Suara

Pada 16 Oktober 2020, Samuel Paty, seorang guru sekolah di pinggiran kota Paris, dipenggal kepalanya oleh seorang warga Chechnya yang berusia 18 tahun yang tampaknya marah oleh gurunya yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas selama pelajaran kewarganegaraan.

Para pengunjuk rasa mengecam Prancis dalam aksi unjuk rasa jalanan di beberapa negara mayoritas Muslim, dan beberapa telah menyerukan boikot produk keluaran Prancis.

Prancis, yang gelisah mengantisipasi kemungkinan serangan lainnya, tersentak pada Sabtu malam, 31 Oktober 2020 ketika seorang imam Ortodoks Yunani ditembak dan terluka di gerejanya di kota Lyon di tenggara. Tetapi para pejabat tidak memberikan indikasi bahwa ada dugaan terorisme.

Baca Juga: Setelah Banyak Dikecam oleh Berbagai Pihak, Presiden Emmanuel Macron Akhirnya Angkat Bicara

Dalam upayanya memperbaiki apa yang dia katakan sebagai kesalahpahaman tentang niat Prancis di dunia Muslim, Macron menyampaikan wawancara kepada jaringan televisi Arab Al Jazeera yang disiarkan pada hari Sabtu, 31 Oktober 2020.

Di dalamnya, dia mengatakan Prancis tidak akan mundur dalam menghadapi kekerasan dan akan membela hak kebebasan berekspresi, termasuk penerbitan kartun.

Namun, dia menekankan bahwa tidak berarti dia atau para pejabatnya mendukung kartun-kartun itu, yang oleh Muslim dianggap menghujat, atau bahwa Prancis sama sekali anti-Muslim.***

Halaman:

Editor: Irma Nurfajri Aunulloh

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x