Konflik Laut China Selatan Menyebar, AS Intai Pergerakan Kapal Selam Tiongkok di Selat Bashi

- 6 Juli 2020, 11:43 WIB
TIONGKOK kembali tingkatkan latihan militernya di wilayah sengketa Laut China Selatan pada Rabu 1 Juli 2020
TIONGKOK kembali tingkatkan latihan militernya di wilayah sengketa Laut China Selatan pada Rabu 1 Juli 2020 /Antara/.*/Antara

PR CIREBON - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok semakin memanas di Laut China Selatan yang menjadi rebutan Tiongkok dengan negara-negara Asia Tenggara.

Bahkan, beberapa hari lalu AS pun terlihat mengerahkan dua kapal induk, yakni USS Ronald Reagan dan Nimitz sebagai bentuk dukungan atas 'laut bebas dan terbuka'.

Namun rupanya, konflik AS-Tiongkok tak hanya meliputi perairan Laut China Selatan, tetapi juga menyebar ke Selat Bashi.

Baca Juga: Ledakan Mobil Mewah Buat Geger Warga Menteng, BIN: Mungkin Ada Kaitan dengan Pilkada Serentak 2020

Selat Bashi sendiri merupakan pintu masuk Laut China Selatan dari Samudra Pasifik. Detailnya, Selat Bashi berada di antara Pulau Anggrek, Taiwan dengan Pulau Y'Ami, Filipina.

Melansir dari SCMP, militer AS telah mengirimkan pesawat tempur untuk melakukan pengintaian yang memasuki hari ke-13 pada Jum'at, 3 Juli 2020.

Sedangkan dari sisi Tiongkok yang tak mau kalah, Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) juga melakukan hal serupa dalam beberapa bulan terakhir.

Baca Juga: Kuat dalam Badai Aib yang Dicurhatkan Ahok, Veronica Tan Panen Dukungan Netizen

Bila menilik ke belakang, sekitar sebulan lalu lusinan pesawat tempur Tiongkok mendekati garis batas pertahanan udara Taiwan sebelah tenggara.

Di udara, pesawat itu terbang melintasi Selat Bashi hingga melanjutkan perjalanan ke Laut China Selatan.

Adapun aksi ini menjadi 'tebasan pedang' dari kedua sisi di atas perairan yang merupakan salah satu jalur pelayaran paling penting di dunia.

Baca Juga: Rundingkan Kesepakatan Strategis 25 Tahun dengan Tiongkok, Iran: Tidak Ada Rahasia

Hal ini pun diamati Lembaga Inisiatif Penyelidik Laut China Selatan yang berafiliasi dengan Universitas Peking, yang menyebut AS mengirim enam pesawat pengintai dan dua pesawat pembawa bahan bakar pada Jumat 3 Juli 2020.

Lebih lanjut, kelompok pengamat think tank itu juga mengatakan pesawat-pesawat tersebut mulai beraksi sejak Kamis 2 Juli 2020 tengah malam di sekitar Selat Bashi.

Faktanya, perairan tersebut penting karena menjadi pintu masuk setiap operasi militer Tiongkok maupun AS. Bahkan, misi pengintaian itu membuat pesawat tempur AS melacak keberadaan kapal selam milik Tiongkok.

Baca Juga: Tanggapi Tuduhan Serang Fasilitas Nuklir Iran, Menhan Israel: Kami akan Cegah dengan Segala Cara

Selain itu, pesawat tempur ini juga menjadi langkah lanjutan seiring dengan kedatangan USS Reagan, Nimitz dan empat kapal perang lain yang berlatih di Laut Filipina.

"Regu penyerang Nimitz dan Ronald Reagan memimpin operasi ganda di Laut Filipina," ungkap Komando AS di Indo-Pasifik.

"Kapal dan pesawat kedua regu memulai operasi terkoordinasi di atas perairan internasional sejak Minggu 28 Juni 2020," sambungnya.

Baca Juga: Babak Baru Kasus Denny Siregar, Data Pribadi Bocor hingga Ancam Gugat Telkomsel

Sementara itu, Tiongkok juga agresif menggelar sejumlah aktivitas militer, mulai dari latihan di pulau sengketa hingga peluncuran pesawat tempur baru jenis J-15.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Pikiran Rakyat SCMP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x