Adapun aksi ini menjadi 'tebasan pedang' dari kedua sisi di atas perairan yang merupakan salah satu jalur pelayaran paling penting di dunia.
Baca Juga: Rundingkan Kesepakatan Strategis 25 Tahun dengan Tiongkok, Iran: Tidak Ada Rahasia
Hal ini pun diamati Lembaga Inisiatif Penyelidik Laut China Selatan yang berafiliasi dengan Universitas Peking, yang menyebut AS mengirim enam pesawat pengintai dan dua pesawat pembawa bahan bakar pada Jumat 3 Juli 2020.
Lebih lanjut, kelompok pengamat think tank itu juga mengatakan pesawat-pesawat tersebut mulai beraksi sejak Kamis 2 Juli 2020 tengah malam di sekitar Selat Bashi.
Faktanya, perairan tersebut penting karena menjadi pintu masuk setiap operasi militer Tiongkok maupun AS. Bahkan, misi pengintaian itu membuat pesawat tempur AS melacak keberadaan kapal selam milik Tiongkok.
Baca Juga: Tanggapi Tuduhan Serang Fasilitas Nuklir Iran, Menhan Israel: Kami akan Cegah dengan Segala Cara
Selain itu, pesawat tempur ini juga menjadi langkah lanjutan seiring dengan kedatangan USS Reagan, Nimitz dan empat kapal perang lain yang berlatih di Laut Filipina.
"Regu penyerang Nimitz dan Ronald Reagan memimpin operasi ganda di Laut Filipina," ungkap Komando AS di Indo-Pasifik.
"Kapal dan pesawat kedua regu memulai operasi terkoordinasi di atas perairan internasional sejak Minggu 28 Juni 2020," sambungnya.
Baca Juga: Babak Baru Kasus Denny Siregar, Data Pribadi Bocor hingga Ancam Gugat Telkomsel