SABACIREBON- Selesai menghadiri rangkaian pertemuan di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7, Elmau, Jerman, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melanjutkan perjalanan ke Ukraina melalui Polandia  demikian pernyataan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi.
 
Sebagaimana  ditayangkan secara daring oleh Sekretariat Presiden, Selasa, Presiden akan meneruskan perjalanan ke Ukraina melalui Polandia.
 
Setelah itu Presiden melanjutkan perjalanan ke Rusia. Kunjungan ke Ukraina dan Rusia setelah Presiden Jokowi menghadiri KTT G7 di Jerman pada tanggal 26—28 Juni 2022. 
 
 
Kantor berita Antara melaporkan, di  Ukraina dan Rusia, Presiden dijadwalkan akan bertemu pemimpin masing-masing negara, yakni Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kiev dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow dengan perkiraan waktu pertemuan pada tanggal 29—30 Juni 2022.

Sebelum berangkat untuk memulai lawatan luar negerinya pada tanggal 26 Juni 2022, Presiden dalam konferensi pers di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, menyampaikan misinya ke Ukraina dan Rusia adalah membangun dialog, menghentikan perang, dan membangun perdamaian.

"Setelah dari Jerman, saya akan mengunjungi Ukraina dan akan bertemu dengan Presiden Zelensky, misinya adalah mengajak Presiden Ukraina, Presiden Zelensky, untuk membuka ruang dialog dalam rangka perdamaian," kata Kepala Negara.
 
Baca Juga: Harapan Jaksa Agung Penyalahguna Narkotika tidak Dipenjara. Ini Alasannya

Pertemuan dengan Presiden Zelensky, kata Presiden, guna mendorong terbangunnya perdamaian antara Ukraina dan Rusia sebab harus menghentikan perang, dan rantai pasok komoditas pangan harus aktif kembali.

Presiden akan membawa misi serupa dalam pertemuannya dengan Putin, baik membuka ruang dialog perdamaian, mendorong gencatan senjata sesegera mungkin, hingga menghentikan perang.

Setelah dari Rusia, Presiden akan berkunjung ke Uni Emirat Arab guna melanjutkan kembali pembahasan kerja sama ekonomi dan investasi.
 
 
Sedangkan Retno melakukan beberapa kegiatan. Menlu misalnya menyampaikan komunikasi intensif  di antaranya terhadap Presiden Palang Merah Internasional, terhadap UN-OCHA (The United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs), Menteri Luar Negeri Turki, dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres selain dengan pihak Ukraina dan Rusia.***