PIKIRAN RAKYAT - Pejabat urusan kesehatan Prancis, Jerome Salomon mengaku kesulitan menahan laju penyebaran virus corona, Covid-19.
Dikatakan Jerome, hal ini menyusul pada banyaknya warga Ibu Kota Paris yang dengan sengaja keluar rumah untuk berkumpul.
Dia menyatakan kekecewaan atas pengabaian warga Paris terhadap imbauan resmi untuk tetap tinggal di rumah.
Baca Juga: Belum Usai Virus Corona, Filipina Deteksi Wabah Flu Burung H5N6 di Peternakan Puyuh
Padahal hal ini diberlakukan pemerintah demi mengurangi risiko penularan virus corona.
"Banyak orang yang tidak mengerti bahwa mereka seharusnya tetap di rumah, dan ketaatan rendah dari masyarakat ini berarti kita tidak berhasil dalam membatasi penyebaran wabah ini," kata Salomon dalam wawancara dengan radio France Inter yang dilaporkan Reuters.
Jika terus warganya sulit diatur seperti ini, virus corona akan menjadi malapetaka untuk negaranya.
Baca Juga: Anggota Tim dan Ofisial Persib Bandung Jalani Tes Virus Corona
Pihak petugas medis dan juga pemerintah tentu akan kebingungan pula menghadapi jumlah pasien yang membludak jika Covid-19 terus menular.
Hingga sampai pada akhirnya, Prancis ada dalam fase harus memutuskan apakah akan menyelamatkan nyawa sebagian pasien dan mengabaikan yang lainnya.
"Pagi ini, saya memohon kepada semua warga Prancis untuk berjuang bersama-sama," pinta Jerome.
Per 16 Maret, angka kematian akibat infeksi corona di Prancis meningkat sepertiga dari hari sebelumnya yakni mencapai 127 kasus. Sementara itu, jumlah orang yang terinfeksi menembus angka 5.400 kasus.
Media AFP news agency melaporkan dalam sebuah cuitan di Twitter mengenai informasi terupdate virus corona di Prancis.
AFP menyebut, wabah virus corona di Prancis 'sangat mengkhawatirkan' dan memburuk dengan sangat cepat, mengutip perkataan pelayanan kesehatan setempat.
Baca Juga: Libur 12 Hari Sekolah di Kabupaten Cirebon, Kadisdik: Belajar di Rumah, Jangan Malah Jalan-jalan
Tak heran, negara yang terkenal dengan keidahan Menara Eiffel-nya ini berada di urutan ketujuh terbanyak dari total 158 negara.
Sementara itu, sejumlah sumber menyebut bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan kebijakan untuk melakukan penutupan wilayah secara parsial.
Penutupan ini dicanangkan pemerintah guna lebih ketat lagi membatasi pergerakan warga di ruang publik.***