Sebuah laporan internal dari laboratorium biomedis Kongomengatakan bahwa tiga tetangga balita di lingkungan Butsili yang padat penduduknya juga menunjukkan gejala yang konsisten dengan Ebola bulan lalu dan meninggal, tetapi tidak ada yang diuji.
Terkait hal itu, WHO merilis sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa mereka bekerja dengan otoritas kesehatan untuk menyelidiki kasus ini.
Baca Juga: Simak, Ini Dia 5 Cara Kreatif untuk Membuat Rambut Pendek Tanpa Memotongnya
Kongo telah mencatat 12 wabah sebelumnya sejak penyakit itu ditemukan di hutan khatulistiwa dekat Sungai Ebola pada tahun 1976.
Ebola menyebabkan muntah dan diare parah, dan menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh.
Penyakit ini muncul kembali pada bulan Februari di daerah Kivu Utara yang, antara Agustus 2018 dan Juni 2020, mengalami wabah Ebola terbesar dalam sejarah negara itu, yakni 3.470 infeksi dan 2.287 kematian.
Pakar kesehatan mengatakan bukan hal yang aneh jika kasus sporadis terjadi setelah wabah besar.
Hal itu karena partikel virus dapat tetap ada selama berbulan-bulan setelah pemulihan dari infeksi.
Penyakit ini biasanya membunuh sekitar setengah dari mereka yang terinfeksi meskipun pengobatan yang dikembangkan di Afrika Barat telah secara signifikan mengurangi tingkat kematian ketika kasus terdeteksi dini.