Moon Jae In mengatakan itu akan menandai titik tolak penting dalam menciptakan tatanan baru, rekonsiliasi di Semenanjung Korea.
Dalam pernyataan itu, Menlu Ri mengatakan deklarasi tersebut akan membawa "konsekuensi bencana" yang dapat mengganggu keseimbangan strategis di kawasan itu dan mendorong kedua Korea ke dalam perlombaan senjata tanpa akhir.
Dia menekankan bahwa penarikan kebijakan permusuhan AS adalah "prioritas utama" dalam membawa perdamaian dan stabilitas ke Semenanjung Korea.
"Harus dipahami dengan jelas bahwa deklarasi penghentian perang sama sekali tidak membantu menstabilkan situasi semenanjung Korea saat ini, tetapi dapat disalahgunakan sebagai tabir asap yang menutupi kebijakan permusuhan AS," tuturnya.
Ri juga mempermasalahkan uji coba rudal balistik antarbenua Minuteman III Washington pada Februari dan Agustus, dan keputusannya baru-baru ini untuk membantu membangun kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia.
Baca Juga: Tiongkok Serukan Penentangan yang Kuat Terhadap Tawaran Taiwan untuk Bergabung dengan TPP
"Langkah-langkah DPRK hanya untuk meningkatkan kemampuan pertahanan untuk mengatasi ancaman militer AS untuk menjatuhkan kita dengan kekuatan digambarkan sebagai 'provokasi' sementara penumpukan senjata meningkat oleh AS dan pasukan bawahannya untuk mengancam DPRK dibenarkan sebagai 'pencegah,'" ucapnya.
Seperti diketahui, Korea Utara baru-baru ini menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke Laut Timur setelah uji coba rudal jelajah jarak jauh, meningkatkan kekhawatiran peluncuran terbaru dapat meningkatkan ketegangan di semenanjung.***