PR CIREBON – Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di Bangkok, Thailand, untuk menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha.
Para pengunjuk rasa itu berjanji mereka akan terus berkumpul dan berdemonstrasi di Bangkok untuk menekan Perdana Menteri Thailand sampai dia meninggalkan kantor.
Demonstrasi menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha pada Kamis, 2 September 2021 waktu setempat itu digelar di persimpangan Asoke di pusat Bangkok, Thailand.
Baca Juga: Doakan Ayu Ting Ting, Umi Kalsum: Semangat Nak, Sukses Selalu
Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera, unjuk rasa tersebut termasuk salah satu pertemuan terbesar tahun ini di Thailand.
Unjuk rasa itu digelar meskipun ada peringatan dari polisi pada hari sebelumnya bahwa protes dilarang karena pembatasan virus Corona.
Protes terhadap Prayuth telah mendapatkan momentum sejak akhir Juni ketika kelompok-kelompok yang meminta pemecatannya tahun lalu kembali dengan dukungan yang lebih luas.
Dukungan itu terutama digaungkan oleh masyarakat yang marah dan geram dengan situasi pandemi Covid-19 yang memburuk.
Para demonstran menyalahkan Prayuth atas penanganannya terhadap pandemi, terutama kegagalannya untuk mengamankan pasokan vaksin yang tepat waktu dan memadai.
Hanya 13 persen dari populasi Thailand yang berjumlah lebih dari 66 juta orang telah divaksinasi lengkap.
Baca Juga: Coki Pardede Ditangkap karena Narkoba, Majelis Lucu Indonesia Minta Maaf
Thailand juga mencatat lebih dari 1,2 juta infeksi dan 12.103 kematian sejak pandemi dimulai tahun lalu, dengan sebagian besar kasus dan kematian terjadi sejak April tahun ini.
Secara terpisah, Prayuth menghadapi perdebatan di parlemen Thailand dalam debat kecaman yang dimulai awal pekan ini.
Oposisi menuduh Perdana Menteri dan lima menteri kabinet lainnya melakukan korupsi, salah urus ekonomi, dan ceroboh dalam menanggapi pandemi Covid-19.
Prayuth dan para menterinya telah menolak tuduhan itu dan membela kinerja mereka di depan parlemen.
Meskipun koalisi pemerintahan diperkirakan akan selamat dari mosi tidak percaya yang dijadwalkan Sabtu besok, pengunjuk rasa mengatakan mereka akan terus turun ke jalan.
“Anggota parlemen harus memilih antara rakyat dan Prayuth yang gagal, menyebabkan kerugian dan kematian lebih dari 10.000 orang,” kata Nattawut Saikua, salah satu penyelenggara utama protes.
"Jika Prayuth melewati mosi tidak percaya dan tetap menjadi perdana menteri, kami akan terus mengusirnya," tambahnya.
Walaupun demonstrasi di Asoke berlangsung damai, sekelompok kecil pengunjuk rasa anti-pemerintah menyalakan petasan dan membakar ban mobil di dekat kediaman perdana menteri di bagian lain kota.***