Usai Ditemukannya Kuburan Anak-anak Pribumi, Hari Kanada Tidak Dirayakan Masyarakat

- 2 Juli 2021, 18:20 WIB
Masyarakat Kanada tidak merayakan Hari Kanada usai ditemukannya kuburan anak-anak pribumi di sekolah asrama negara itu.
Masyarakat Kanada tidak merayakan Hari Kanada usai ditemukannya kuburan anak-anak pribumi di sekolah asrama negara itu. /

PR CIREBON – Beberapa kota membatalkan perayaan Hari Kanada pada Kamis, 1 Juli 2021 waktu setempat setelah penemuan ratusan jenazah anak-anak di kuburan tak bertanda di bekas sekolah asrama.

Penemuan kuburan dan mayat-matat itu memicu perhatian dengan masa lalu kolonial di Kanada.

Seruan untuk mengurangi atau membatalkan perayaan Hari Kanada semakin meningkat setelah hampir 1.000 kuburan tak bertanda ditemukan di bekas sekolah asrama di British Columbia dan Saskatchewan yang sebagian besar dijalankan oleh Gereja Katolik dan didanai oleh pemerintah.

Baca Juga: Bongkar Tips Hidup Bahagia, Rachel Vennya: Biar Engga Tenggelam di Lautan Kebencian

Secara tradisional, perayaan Hari Kanada dirayakan dengan memasak barbekyu di halaman belakang rumah dan kembang api.

Akan tetapi untuk tahun ini, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan hari itu akan menjadi waktu untuk refleksi.

Pawai #CancelCanadaDay diadakan di Ottawa, ibu kota Kanada. Selain itu, rapat umum diadakan di seluruh negeri untuk menghormati para korban dan penyintas sistem sekolah asrama Kanada.

Baca Juga: Bantu Tingkatkan Kreativitas, TikTok Hadirkan Video dengan Durasi Lebih Panjang

Sekolah secara paksa memisahkan anak-anak adat dari keluarga mereka, yang oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi pada tahun 2015 disebut sebagai genosida budaya.

Ratusan orang berbaris melalui pusat kota Toronto pada hari Kamis untuk mendukung anak-anak pribumi yang hilang, mengenakan kemeja oranye dan memegang plakat.

Warna oranye itu digunakan untuk melambangkan pengakuan para korban sistem sekolah asrama di negara itu.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Melonjak, Zubairi Djoerban: Saya Tidak Mengerti Mengapa Kita Terkejut

“Kanada memiliki kisah kelam dengan sejarahnya,” kata Akwasi Owusu-Bempah, profesor sosiologi Universitas Toronto yang mempelajari ras, kejahatan, dan peradilan pidana.

“Saya tidak berpikir kita bisa merayakan negara ini apa adanya tanpa mengakui negara ini apa adanya: sebuah utopia dan benteng kesetaraan dan kebebasan dan kesempatan yang sama bagi semua anggota masyarakat,” katanya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari New York Post.

Reputasi Kanada dalam toleransi dibangun atas upayanya, mulai tahun 1970-an, untuk menciptakan masyarakat multikultural.

Baca Juga: Doakan Sang Ibu dan Vicky Prasetyo, Kalina Ocktaranny: Aku Sayang Kalian Berdua

Tetapi data menunjukkan ketidaksetaraan yang banyak terjadi baik untuk masyarakat adat dan di antara minoritas.

Dalam pesan Canada Day-nya, Trudeau mengatakan penemuan sisa-sisa ratusan anak di bekas sekolah asrama telah berhak mendesak negaranya untuk merenungkan kegagalan sejarah.

Ia juga menyebut ketidakadilan masih ada bagi masyarakat adat dan banyak lainnya di Kanada.

Baca Juga: Beri Dukungan untuk Vicky Prasetyo, Kalina Ocktaranny: Lelaki Nyeleneh yang Berhasil Taklukan Hatiku

“Hari Kanada ini, mari kita berkomitmen kembali untuk belajar dari dan mendengarkan satu sama lain sehingga kita dapat mendobrak penghalang yang memisahkan kita, memperbaiki ketidakadilan masa lalu kita, dan membangun masyarakat yang lebih adil dan setara untuk semua orang,” katanya.

Penduduk asli, yang jumlahnya kurang dari 5 persen dari populasi, menghadapi tingkat kemiskinan dan kekerasan yang lebih tinggi dan harapan hidup yang lebih pendek.

Tingkat pengangguran untuk minoritas adalah 11,4 persen pada Mei dibandingkan dengan 7,0 persen untuk kulit putih, menurut Statistics Canada.

Baca Juga: ARMY Wajib Tahu! Ini Judul Lagu BTS yang Ditulis Ed Sheeran danTanggal Rilis dari Versi CD 'Butter'

Pada tahun 2020, tingkat pengangguran untuk penduduk asli di Ontario adalah 12,5 persen, dibandingkan dengan 9,5 persen untuk orang non-pribumi.

Sekitar 30 persen dari minoritas yang terlihat dan masyarakat adat merasa diperlakukan seperti orang luar di negara mereka sendiri, menurut jajak pendapat Angus Reid Institute tentang keragaman dan rasisme yang diterbitkan pada 21 Juni lalu.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: New York Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x