Ratusan orang berbaris melalui pusat kota Toronto pada hari Kamis untuk mendukung anak-anak pribumi yang hilang, mengenakan kemeja oranye dan memegang plakat.
Warna oranye itu digunakan untuk melambangkan pengakuan para korban sistem sekolah asrama di negara itu.
Baca Juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Melonjak, Zubairi Djoerban: Saya Tidak Mengerti Mengapa Kita Terkejut
“Kanada memiliki kisah kelam dengan sejarahnya,” kata Akwasi Owusu-Bempah, profesor sosiologi Universitas Toronto yang mempelajari ras, kejahatan, dan peradilan pidana.
“Saya tidak berpikir kita bisa merayakan negara ini apa adanya tanpa mengakui negara ini apa adanya: sebuah utopia dan benteng kesetaraan dan kebebasan dan kesempatan yang sama bagi semua anggota masyarakat,” katanya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari New York Post.
Reputasi Kanada dalam toleransi dibangun atas upayanya, mulai tahun 1970-an, untuk menciptakan masyarakat multikultural.
Baca Juga: Doakan Sang Ibu dan Vicky Prasetyo, Kalina Ocktaranny: Aku Sayang Kalian Berdua
Tetapi data menunjukkan ketidaksetaraan yang banyak terjadi baik untuk masyarakat adat dan di antara minoritas.
Dalam pesan Canada Day-nya, Trudeau mengatakan penemuan sisa-sisa ratusan anak di bekas sekolah asrama telah berhak mendesak negaranya untuk merenungkan kegagalan sejarah.
Ia juga menyebut ketidakadilan masih ada bagi masyarakat adat dan banyak lainnya di Kanada.