Yanzhong Huang, rekan senior untuk kesehatan global di Council on Foreign Relations di Washington, mengatakan kurangnya keterbukaan Tiongkok adalah faktor utama di balik kebangkitan teori kebocoran laboratorium.
"Tidak ada yang benar-benar baru di sana untuk membuktikan hipotesis tersebut," katanya.
Baca Juga: Bambam GOT7 Bakal Comeback Juni 2021, Ceritakan Tentang Karier Dirinya dan Lagunya 'Remember You'
"Dalam penyelidikan asal muasal pandemi, sangat penting memiliki transparansi untuk membangun kepercayaan pada hasil penyelidikan," ia menegaskan, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia.
Kedutaan Besar Tiongkok mengatakan pihaknya mendukung studi komprehensif dari semua kasus awal Covid-19 yang ditemukan di seluruh dunia dan penyelidikan menyeluruh ke beberapa pangkalan rahasia dan laboratorium biologis di seluruh dunia.
Tabloid Global Times, bagian dari kelompok surat kabar partai yang berkuasa di Tiongkok, mengatakan bahwa jika teori kebocoran laboratorium akan diselidiki lebih lanjut, AS juga harus mengizinkan penyelidik masuk ke fasilitasnya sendiri, termasuk laboratorium di Fort Detrick.
Sebuah studi gabungan antara Tiongkok dan WHO yang diterbitkan pada bulan Maret mengatakan bahwa sangat tidak mungkin SARS-CoV-2 bocor dari laboratorium.
Studi itu menyebut bahwa kemungkinan besar virus menyebar dari kelelawar ke manusia melalui spesies perantara yang belum teridentifikasi.
Tiongkok juga menyatakan kemungkinan bahwa Covid-19 berasal dari negara lain dan masuk melalui makanan beku yang terinfeksi atau melalui jaringan perdagangan satwa liar Asia Tenggara.***