PR CIREBON - Beberapa anggota Demokrat dari Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat secara tegas menentang adanya dukungan militer AS untuk Israel yang kini menyerang Palestina.
Selain itu, anggota Demokrat dari Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat menyerukan perlindungan hak-hak Palestina.
Hal ini tentu saja berbeda dengan anggota Partai Demokrat lainnya dan Republik yang menyatakan dukungan penuh mereka untuk Israel selama eskalasi yang sedang berlangsung di Jalur Gaza Palestina.
Baca Juga: Peruntungan Shio Harian, 15 Mei 2021: Shio Tikus, Kerbau, Macan, Kelinci, Nikmati Perubahan Nasib
Dalam pidato emosional di lantai DPR, Rashida Tlaib mengkritik Presiden Joe Biden dan pejabat tinggi lainnya.
Hal ini dikarenakan mereka memberikan pernyataan yang disebutnya tidak mengakui "kemanusiaan Palestina".
Di sis lain, Israel terus membombardir Jalur Gaza Palestina pada hari Jumat 14 Mei 2021.
Dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Reuters, Israel meluncurkan serangan udara dan peluru artileri serta mengumpulkan pasukan dan tank di dekat kantong Palestina yang terkepung.
Setidaknya 119 warga Palestina, termasuk 31 anak-anak, telah tewas dan lebih dari 830 luka-luka sejak permusuhan berkobar pada hari Senin 10 Mei 2021.
Roket yang ditembakkan oleh kelompok Palestina di Jalur Gaza juga telah menewaskan tujuh orang di Israel.
Pemerintah Amerika Serikat telah menyatakan simpatinya untuk semua korban.
Tetapi, pihaknya tidak memilih pihak manapun atau mengkritik Israel karena penggunaan kekuatan yang tidak proporsional.
Joe Biden mengatakan pada hari Rabu 12 Mei 2021 bahwa Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri.
Sementara dalam komentar terbarunya pada hari Kamis 13 Mei 2021, Joe Biden mengulangi seruan agar kedua belah pihak menahan tembakan.
Baca Juga: POPULER HARI INI: Tempat Wisata Direkomendasikan di Kuningan hingga Joe Biden Kirim Utusan AS
Sedangkan anggota Kongres Ilhan Omar berbicara hal yang berbeda dari Joe Biden dalam sesi DPR Amerika Serikat.
Ilhan Omar mengutuk kebijakan dan serangan Israel terhadap Palestina dan mencap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai "pemimpin etno-nasionalis".
"Pertimbangkan bahwa 78 persen tanah [Palestina] mereka diambil dari mereka," ucap Omar, mengacu pada waktu yang telah berlalu sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948.***