Tanggapan pasukan keamanan kali ini tidak begitu mematikan, tetapi setidaknya tiga pengunjuk rasa kini telah tewas setelah dua orang ditembak mati di kota kedua Mandalay pada hari Sabtu.
Baca Juga: Masih Pertanyakan Asal Usul Virus Corona, AS Desak Tiongkok Berikan Data Asli Soal Covid-19
Kini dikabarkan seorang polisi tewas karena cedera dalam protes.
Kematian di Mandalay tidak mematahkan semangat pengunjuk rasa, ketika puluhan ribu orang protes di sana dan di kota terbesar Myanmar, Yangon.
"Para pengunjuk rasa sekarang menghasut orang-orang, terutama remaja dan pemuda yang emosional, ke jalur konfrontasi di mana mereka akan menderita kehilangan nyawa," kata media milik negara, MRTV.
Kementerian Luar Negeri menyampaikan bahwa pihak berwenang menahan diri sepenuhnya.
Hal itu untuk menegur beberapa negara asing yang disebutnya ikut campur dalam urusan dalam negeri Myanmar.
Beberapa negara Barat mengutuk kudeta dan mengecam kekerasan terhadap pengunjuk rasa.
Baca Juga: Tak Lagi Dibuang Usai Bertugas, Kini Anjing dan Kuda Kepolisian Dapat Dana Pensiunan di Polandia
Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Inggris, dan Jerman juga mengutuk kekerasan itu dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kekuatan mematikan tidak dapat diterima.