PBB Tetapkan Yaman sebagai Negara dengan Krisis Kemanusiaan Terburuk di Dunia

- 12 Januari 2021, 14:09 WIB
Ilustrasi kelaparan, Yaman ditetapkan PBB sebagai negara dengan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.*
Ilustrasi kelaparan, Yaman ditetapkan PBB sebagai negara dengan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.* /Pixabay/Janeb13

PR CIREBON - Yaman tetap menjadi negara dengan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Sebab, hampir 80 persen atau lebih dari 24 juta penduduk Yaman membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan.

Kantor kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan lebih dari 13 juta orang penduduk Yaman berada dalam bahaya kelaparan hingga kematian.

Baca Juga: Donald Trump  Lebih Kesal Klub Golfnya Batal Turnamen Dibandingkan Dakwaannya Atas Insiden Capitol

Vanessa Huguenin, seorang petugas informasi publik di kantor Urusan Kemanusiaan PBB, dalam sebuah wawancara mengutip survei baru yang menunjukkan bahwa 16.500 orang hidup dalam kondisi seperti kelaparan, angka yang diperkirakan akan meningkat hampir tiga kali lipat pada Juni 2021.

"Secara keseluruhan, 13,5 juta orang di Yaman saat ini berisiko mati kelaparan atau berjuang untuk mendapatkan cukup makanan untuk memberi makan keluarga mereka di tengah konflik yang sedang berlangsung," terang Huguenin, mengutip survei oleh Integrated Food Security Phase Classification (IPC).

Survei tersebut, yang dikeluarkan oleh badan pangan PBB (FAO), mengatakan bahwa pada Juni 2021, jumlah ini mungkin telah meningkat sebesar 3 juta, yang berarti bahwa lebih dari separuh negara mungkin hidup dalam kelaparan akut.

Baca Juga: Berencana Gelar Demo di Depan Markas Twitter, Tak Disangka Hanya Dihadiri 1 Pendukung Donald Trump

"Mencegah kelaparan adalah prioritas utama saat ini. Setiap orang harus melakukan apa saja untuk mencegah kelaparan," ujar Huguenin, dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Anadolu Agency pada Selasa, 12 Januari 2021.

"Kami sudah tahu bagaimana menghentikan kelaparan di Yaman, karena kami melakukannya dua tahun lalu ketika dunia memilih untuk ikut membantu," imbuhnya.

Ia mengatakan itu membantu menyelamatkan jutaan nyawa, termasuk puluhan ribu anak-anak dengan gizi buruk.

Baca Juga: Kecelakaan Pesawat Masih Terjadi di Indonesia, Media Asing: Ada Kemajuan Nyata Kualitas Penerbangan

Huguenin menyatakan Covid-19 menjadi beban tambahan di Yaman pada sistem kesehatan mereka yang rapuh, di mana hanya sekitar 50 persen fasilitas yang berfungsi.

Hal itu menurutnya membuat penduduk enggan untuk mencari pengobatan untuk penyakit mereka, dan kondisi mematikan lainnya.

Kantor kemanusiaan mengatakan bahwa pada akhirnya, menyelesaikan krisis di Yaman akan membutuhkan solusi politik.

Baca Juga: Pemimpin Aliran Sesat Harun Yahya Diadili atas Pelecehan Seksual Anak di Bawah Umur 

"Juga membutuhkan dukungan yang bisa diandalkan untuk ekonomi Yaman yang terpukul. Sementara itu, jutaan orang membutuhkan bantuan kemanusiaan agar bisa bertahan hidup," ucap Huguenin.

Dia mencatat kata-kata kepala kemanusiaan PBB Mark Lowcock saat memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan di New York pada 11 November.

"Gencatan senjata nasional, seperti yang telah lama kami anjurkan, akan sangat membantu melindungi warga sipil," lanjutnya.

Baca Juga: Arab Saudi Dukung Milisi Houthi Ditetapkan sebagai Teroris Global

Hal itu juga akan membantu menghentikan kemerosotan menuju kelaparan, karena menurut data yang ada kelaparan terparah terjadi di daerah yang terkena dampak konflik.

Yaman telah dilanda kekerasan dan kekacauan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi yang berpihak pada Iran menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu kota Sana'a.

Krisis meningkat pada 2015 ketika koalisi pimpinan Saudi meluncurkan kampanye udara yang bertujuan untuk mengambil kembali daerah teritorial yang dikuasai Houthi.

Baca Juga: Pria di Singapura Perkosa Anak Tirinya Selama Lebih dari 20 Tahun, Dipenjara Hanya 9 Tahun

Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, konflik di Yaman sejauh ini telah merenggut nyawa 233 ribu orang.

Pada 30 Desember tahun lalu, setidaknya 22 orang tewas dalam tiga ledakan yang mengguncang bandara di kota pelabuhan selatan Yaman, Aden, segera setelah anggota pemerintah yang baru dibentuk tiba di ibu kota sementara.

Dalam sebuah pernyataan Kementerian Dalam Negeri Yaman mengatakan sedikitnya 50 lainnya terluka dalam serangan tersebut.

Baca Juga: Gorila di Taman Safari San Diego AS Bergejala Corona, Dua Ekor Dikonfirmasi Positif Covid-19

Ditambahkan juga bahwa di antara korban adalah warga sipil, pekerja bandara, dan pejabat yang hadir di daerah itu untuk menyambut anggota kabinet.

Sementara anggota pemerintah Yaman selamat dari serangan itu tanpa cedera.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Anadolu Agency


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x