Soroti Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air, Pasar Penerbangan Indonesia Jadi Paling Mematikan di Dunia

- 11 Januari 2021, 09:48 WIB
Kabar jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Pontianak-Jakarta jadi sorotan dunia hingga disebut sebagai pasar penerbangan paling mematikan di dunia.*
Kabar jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Pontianak-Jakarta jadi sorotan dunia hingga disebut sebagai pasar penerbangan paling mematikan di dunia.* /Flightradar24

PR CIREBON - Track record keselamatan udara di Indonesia kembali menjadi sorotan setelah pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang membawa 62 orang jatuh ke Laut Jawa hanya dalam beberapa menit setelah lepas landas.

Peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 menandai kecelakaan dari maskapai besar ketiga di Indonesia untuk yang sekian kalinya dalam kurun waktu enam tahun.

Dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Reuters dengan judul 'Sriwijaya Air Crash Places Indonesia's Aviation Safety Under Fresh Spotlight' pada Minggu 10 Januari 2021.

Baca Juga: Jelang Hari Terakhir jadi Presiden, Staf Gedung Putih Sebut Trump Kehilangan Pemerintahannya Sendiri

Dikatakannya, sebelum kecelakaan itu, ada 697 kematian di Indonesia selama dekade terakhir, termasuk pesawat militer dan pribadi.

Menurut database Aviation Safety Network, hal itu menyebabkan Indonesia menjadi pasar penerbangan paling mematikan di dunia, di depan Rusia, Iran, dan Pakistan.

Kecelakaan Sriwijaya Boeing Co 737-500 menyusul hilangnya Lion Air 737 MAX pada Oktober 2018, yang memberikan kontribusi pada model landasan global, ditambah dengan jatuhnya AirAsia Indonesia Airbus SE A320 pada Desember 2014.

Baca Juga: Soroti Tragedi Sriwijaya Air, Analis Asing: Saya Khawatir Standar Keselamatan Udara Indonesia

Kecelakaan Lion Air, yang menewaskan 189 orang, merupakan kejadian luar biasa karena mengungkapkan masalah mendasar pada model pesawat, dan memicu krisis keselamatan di seluruh dunia terhadap pesawat jenis Boeing.

Bahkan tidak termasuk kematian akibat kecelakaan itu, Indonesia akan tetap berada di atas Rusia jika tidak ada yang selamat dari kecelakaan yang terjadi pada Sabtu.

Indonesia, sebagai sebuah negara kepulauan dengan ribuan pulau, sangat bergantung pada perjalanan udara, dan masalah keselamatannya menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh maskapai yang relatif baru.

Baca Juga: Hendak Menuruni Tangga, Pria Ini Diduga Didorong dan Diserang Oleh Seorang Nenek

Di saat yang sama maskapai Indonesia mencoba untuk mengimbangi tingginya permintaan yang dikatakan tak terbendung untuk perjalanan udara di negara-negara berkembang, sembari berjuang untuk memenuhi dan mencapai standar yang dibutuhkan pasar selama beberapa dekade.

Dari 2007 hingga 2018, Uni Eropa melarang maskapai penerbangan Indonesia, menyusul terjadinya serangkaian kecelakaan dan laporan dari pengawasaan terkait pemeliharaan pesawat yang dinilai buruk.

Amerika Serikat menurunkan evaluasi keselamatan Indonesia ke kategori 2, yang berarti sistem peraturannya tidak memadai, antara tahun 2007 dan 2016.

Baca Juga: Pasca Kerusuhan di Gedung Capitol, FBI Tangkap Lagi 3 Perusuh, Pembawa Tombak hingga Pencuri Mimbar

Rekor keselamatan udara Indonesia telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, menerima evaluasi yang baik dari badan penerbangan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2018.

Namun di negara dengan jumlah korban tewas yang besar akibat kecelakaan kendaraan dan feri, dalam beberapa peristiwa, budaya keselamatan berjuang melawan pola pikir yang membuat kecelakaan menjadi tak terelakkan.

"Kecelakaan hari Sabtu tidak ada hubungannya dengan MAX, tetapi Boeing sebaiknya memandu Indonesia, yang memiliki catatan keselamatan udara tidak tetap, untuk memulihkan kepercayaan pada industri penerbangannya," kata Shukor Yusof, kepala konsultan penerbangan yang berbasis di Malaysia Endau Analytics.

Baca Juga: Bawa Bendera Palestina saat Protes, Pria Tua Diserang dan Dilukai Tentara Israel

Pihak berwenang menemukan perekam data penerbangan jet Sriwijaya dan perekam suara kokpit pada hari Minggu 10 Januari 2021.

Tetapi, para ahli mengatakan masih terlalu dini untuk menentukan faktor-faktor yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat yang berusia hampir 27 tahun itu.

Penerbangan lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta, bandara yang sama tempat jet Lion Air lepas landas dan segera jatuh ke laut. 

Baca Juga: Bangladesh Resmi Buka Madrasah Islam Transgender Pertama: Peluang Besar Bagi Anggota Minoritas 

Halaman:

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x