Presiden Prancis Hormati Kekecewaan Muslim, Macron Tidak Setuju Atas Kekerasan Fisik yang Terjadi

1 November 2020, 13:00 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron: Presiden Prancis menyebutkan bahwa dia menghormati kekecewaan muslin namun tidak menyetujui adanya kekerasan yang terjadi saat ini. //Twitter

PR CIREBON - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa dia menghormati Muslim yang dikejutkan oleh karikatur Nabi Muhammad SAW.

Walaupun begitu, ia mengatakan bahwa hal tersebut bukan alasan untuk melakukan kekerasan. Pernyataannya itu dia sampaikan pada hari Sabtu, 31 Oktober 2020.

“Jadi saya memahami dan menghormati bahwa orang dapat dikejutkan oleh kartun ini, tetapi saya tidak akan pernah menerima bahwa seseorang dapat membenarkan kekerasan fisik atas kartun ini, dan saya akan selalu membela kebebasan di negara saya untuk menulis, berpikir, menggambar,” Kata Macron, menurut transkrip wawancara yang dirilis oleh kantornya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara.

Baca Juga: Satu Tahun Puasa Gol Karena Cedera, Eden Hazard Akhirnya Kembali Mencetak Gol untuk Real Madrid

Pernyataan Macron ini keluar setelah para pejabatnya meningkatkan keamanan menyusul serangan pisau di sebuah gereja Prancis yang menewaskan tiga orang pada minggu ini.

Dikabarkan sebelumnya, ada seorang pelaku yang memenggal kepala seorang wanita dan membunuh dua orang lainnya di sebuah gereja di Nice pada hari Kamis, 29 Oktober 2020. Serangan pisau itu diduga dilakukan dengan motif agama.

Tersangka penyerang, berusia 21 tahun dari Tunisia, ditembak oleh polisi dan sekarang dalam kondisi kritis di rumah sakit, seperti dikutip dari Reuters pada 1 November 2020.

Baca Juga: Tubuh Tetap Sehat saat Musim Hujan, Berikut Caranya!

Polisi mengatakan pada hari Sabtu, 31 Oktober 2020 bahwa satu orang lagi ditahan sehubungan dengan serangan itu. Orang itu bergabung dengan tiga orang lainnya yang sudah ditahan karena dicurigai melakukan kontak dengan penyerang.

Macron telah mengerahkan ribuan tentara untuk melindungi situs-situs seperti tempat ibadah dan sekolah, dan para menteri telah memperingatkan bahwa serangan militan Islam lainnya dapat terjadi.

Serangan di Nice, pada saat Muslim tengah merayakan ulang tahun Nabi Muhammad, terjadi di tengah kemarahan Muslim yang meningkat di seluruh dunia atas pembelaan Prancis atas hak untuk menerbitkan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: Pernyataannya Tentang Sumbangsih Milenial Viral di Media Sosial, Megawati Angkat Suara

Pada 16 Oktober 2020, Samuel Paty, seorang guru sekolah di pinggiran kota Paris, dipenggal kepalanya oleh seorang warga Chechnya yang berusia 18 tahun yang tampaknya marah oleh gurunya yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas selama pelajaran kewarganegaraan.

Para pengunjuk rasa mengecam Prancis dalam aksi unjuk rasa jalanan di beberapa negara mayoritas Muslim, dan beberapa telah menyerukan boikot produk keluaran Prancis.

Prancis, yang gelisah mengantisipasi kemungkinan serangan lainnya, tersentak pada Sabtu malam, 31 Oktober 2020 ketika seorang imam Ortodoks Yunani ditembak dan terluka di gerejanya di kota Lyon di tenggara. Tetapi para pejabat tidak memberikan indikasi bahwa ada dugaan terorisme.

Baca Juga: Setelah Banyak Dikecam oleh Berbagai Pihak, Presiden Emmanuel Macron Akhirnya Angkat Bicara

Dalam upayanya memperbaiki apa yang dia katakan sebagai kesalahpahaman tentang niat Prancis di dunia Muslim, Macron menyampaikan wawancara kepada jaringan televisi Arab Al Jazeera yang disiarkan pada hari Sabtu, 31 Oktober 2020.

Di dalamnya, dia mengatakan Prancis tidak akan mundur dalam menghadapi kekerasan dan akan membela hak kebebasan berekspresi, termasuk penerbitan kartun.

Namun, dia menekankan bahwa tidak berarti dia atau para pejabatnya mendukung kartun-kartun itu, yang oleh Muslim dianggap menghujat, atau bahwa Prancis sama sekali anti-Muslim.***

Editor: Irma Nurfajri Aunulloh

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler