Lebih dari 200 Anggota Staf PBB di Suriah Dinyatakan Positif Terpapar Covid-19

8 September 2020, 07:00 WIB
DEWAN Hak Asasi Manusi Perserikatan Bangsa-Bangsa.*/DOK PR /

PR CIREBON - Lebih dari 200 anggota staf PBB di Suriah terkonfirmasi positif terpapar Covid-19, di saat badan dunia itu tengah meningkatkan rencana darurat untuk memerangi penyebaran pandemi di negara itu.

Koordinator Residen dan Koordinator Kemanusiaan PBB di Suriah, Imran Riza, mengatakan kepada para kepala badan PBB, melalui surat yang dikirim kepada staf, bahwa PBB berada pada tahap akhir dalam mengamankan fasilitas medis untuk pengobatan Covid-19.

"Lebih dari 200 kasus dilaporkan di kalangan anggota staf PBB, beberapa di antaranya dirawat di rumah sakit dan tiga anggota dievakuasi secara medis," kata pejabat tinggi PBB di Suriah dalam surat tersebut, Senin, 7 September 2020, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters.

Baca Juga: Puan Maharani Buahkan Pemikiran Langka DPR, Fadli Zon Ingin Kota Bukittinggi Jadi Kota Perjuangan

Petugas kemanusiaan dan medis menyebutkan jumlah kasus yang sebenarnya lebih tinggi, termasuk ratusan anggota staf yang dipekerjakan oleh mitra LSM yang bekerja untuk belasan badan PBB, yang mengawasi operasi bantuan kemanusiaan terbesar negara tersebut.

Menurut Riza, selama dua bulan sejak terakhir memberi tahu staf, lonjakan infeksi di Suriah melonjak hingga sepuluh kali lipat.

Ia merujuk pada data Kementerian Kesehatan, yang menyebutkan terdapat 3.171 kasus dan 134 kematian sejak kasus pertama Covid-19 dilaporkan pada 23 Maret.

Baca Juga: Bersyukur Warga Jabar Tetap Lintasi Tol dengan Tarif Normal, Ridwan Kamil: Makasih Sudah Didiskon

"Situasi epidemiologi di seluruh negara itu berubah drastis," kata Riza.

Sementara, pekerja bantuan dan medis yang berbasis di Damaskus bersikap skeptis terhadap data resmi dan menuduh otoritas menutup-nutupi keadaan sebenarnya.

Otoritas menepis tuduhan tersebut, namun mengakui bahwa tes Covid-19 memang terbatas.

PBB menyampaikan keprihatinan mengenai penyebaran virus corona di negara itu, yang infrastrukturnya dalam bidang kesehatan telah hancur akibat perang dan mengalami keterbatasan pasokan medis.

Baca Juga: Puan Maharani Benar Prihatin Soal Pancasila Sumbar, Pengamat Ungkit Larangan Injil Berbahasa Minang

Pekerja bantuan dan medis independen mengungkapkan bahwa sejumlah dokter dan tenaga kesehatan meninggal dalam beberapa pekan terakhir.

Saksi dan petugas taman pemakaman umum menyebutkan bahwa proses pemakaman melonjak tiga kali lipat sejak Juli di sebuah TPU di selatan ibu kota, tempat yang dianggap petugas medis dan LSM sebagai pusat penyebaran kasus Covid-19.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler