Penembakan Brutal di Gereja, Dua Tewas lainnya Luka-luka

17 Juni 2022, 14:18 WIB
Polisi mengatakan bahwa tersangka penembak telah ditahan /Mirror.co.uk/Gambar: Carol Robinson/

SABACIREBON - Amerika Serikat kembali diguncang aksi penembakan brutal dengan jarak waktu tak jauh dari kejadian serupa sebelumnya.

Terbaru, dua orang dinyatakan tewas dan beberapa lainnya terluka setelah penembakan di sebuah gereja di Alabama.

Penembakan terjadi di Gereja Episkopal St Stephen, di Vestavia Hills, serta polisi mengkonfirmasi beberapa orang terluka.

Peristiwa mengerikan di awali masuknya layanan darurat dari sseorang di gereja sekitar pukul 18.22 waktu setempat. Petugas dengan cepat mengevakuasi orang-orang keluar dari gedung.

Baca Juga: 40 Saksi Diperiksa Bareskrim Polri, Terkait Dugaan Korupsi Gerobak UMKM Kemendag

Insiden itu terjadi saat makan malam "Boomers Potluck" yang dimulai pukul 5 sore di gereja yang berada di daerah yang tenang dan makmur.

Polisi mengatakan bahwa tersangka penembak sekarang ditahan tetapi tempat kejadian perkara masih mendapat penjagaan.

"Sekitar 18:22 Polisi Vestavia menerima telepon dari seorang penembak aktif di Gereja Episkopal St Stephen," kata seorang juru bicara polisi.

"Beberapa polisi dan departemen pemadam kebakaran menuju tempat kejadian dan saat itu petugas mendapati beberapa orang yang telah ditembak. Tersangka ditahan dan tempat kejadian diamankan."

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Bandung Raya Hari Ini Jumat, 17 Juni 2022: Waspadai Hujan Lebat Disertai Petir

Juru bicara polisi juga mengatakan: "Tiga orang tertembak dalam sebuah insiden di gereja, dua dari mereka dirawat di rumah sakit setempat dan yang lainnya meninggal dengan menyedihkan."

Kemudian pembaruan lebih lanjut mengungkapkan bahwa salah seorang yang dibawa ke rumah sakit juga telah meninggal.

“Seorang tersangka memasuki pertemuan kelompok kecil gereja dan mulai menembak. Tiga tembakan. Dua orang meninggal. Satu menerima perawatan di rumah sakit, ”kata juru bicara polisi.

"Sekarang dua dari tiga orang yang ditembak mati."

Baca Juga: Film Broker Jadi Ajang Reuni Dua Artis Korea, Mengisahkan Perdagangan Bayi

Gambar dari tempat kejadian menunjukkan kehadiran polisi dalam jumlah besar di dekat gereja dan jalan ditutup.

Ini adalah insiden penembakan terbaru di Amerika Serikat di tengah perdebatan sengit mengenai kepemilika senjata untuk anggota masyarakat.

Pekan lalu para pembuat undang-undang AS menanggapi penembakan baru-baru ini dengan memberikan suara untuk menetapkan usia minimum 21 tahun untuk membeli senjata semi-otomatis.

Pemungutan suara Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat adalah bagian dari undang-undang kontrol senjata yang luas yang disahkan.

Baca Juga: BTS Sibuk Tepis Isu Bubar, Gara-gara Umumkan Istirahat Panjang

Intinya mengusulkan menaikkan usia minimum untuk membeli senapan semi-otomatis dan melarang penjualan majalah amunisi yang memiliki kapasitas lebih dari 15 peluru.

Pemungutan suara disahkan oleh 223-204, sementara bagian yang berhubungan dengan usia minimum untuk senjata semi-otomatis melewati 228-199.

Namun RUU tersebut belum tentu menjadi undang-undang. Negosiasi Senat antara Partai Republik dan Demokrat telah berkonsentrasi pada langkah-langkah lain untuk berpotensi mengurangi kekerasan senjata.

Misalnya untuk program kesehatan mental yang lebih baik, meningkatkan keamanan di lingkungan sekolah, dan meningkatkan pemeriksaan latar belakang.

RUU tersebut kemungkinan akan menghadapi tentangan dari Partai Republik di Senat. Sementara bagi Demokrat penolakan Republik justru kesempatan untuk menarik pemilih pada bulan November.
Komitmen terhadap undang-undang senjata yang lebih ketat, dinilai sebuah kebijakan yang menurut jajak pendapat baru-baru ini akan populer. .

Penembakan di geraja hanya beberapa minggu sejak pembunuhan 19 anak dan dua guru di sebuah sekolah di Uvalde, Texas. Komite DPR mendengar laporan yang memprihatinkan dari para korban dan kerabat korban penembakan baru-baru ini.***

Editor: Asep S. Bakrie

Sumber: Mirror.co.uk

Tags

Terkini

Terpopuler