Bakamla RI akan Hadir Simbol Negara di Laut Natuna Utara

2 Juni 2022, 14:14 WIB
Bakamla RI bertekad amankan Natura Utara./pikiran-rakyat.com /

SABACIREBON-Laut Natuna Utara tidak pernah sepi dari ajang sengketa wilayah.

Beberapa negara mengklaim kedaulatannya atas wilayah itu.

Yang paling agresif tentu saja Cina. Negara ini seolah mengbaikan, area laut beberapa negara yang berhadapan langsung dengan Natuna, seperti Indonesia, Filipina, Vietnam dan Jepang.

Baca Juga: Balap Mobil Formula E Menarik Minat Sponsor Dalam dan Luar Negeri. Inilah 31 Sponsor Formula E Jakarta

Cina mengnggap Natuna masuk ke dalam wilayahnya berdasarkan 9 garis putus yang berada ditengah laut dan menjorok masuk ke dalam zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEE).

Namun klaim itu tidak jelas koordinatnya. Bahkan garis putus ini dengan ZEE Indonesia.

Natuna diperebutkan, karena wilayah itu memiliki kekayaan yang tidak ternilai.

Baca Juga: Mengemudikan Mobil Formula E Lebih Sulit daripada Mengemudikan Formula 1. Ini Alasannya.

Banyak cadangan minyak dan gas serta sumber daya hayati.

Wilayah ini juga kawasan lalu lintas perairan atau pelayaran.

Pikiran Rakyat melaporkan,"Potensi yang luar biasa dimiliki LCS membawa dampak sengketa di Laut Natuna Utara," kata Laksdya TNI Dr Aan Kurnia Kepala Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla RI)  melalui keterangan tertulis, dikutip dari Antara.

Menurutnya, Potensi besar yang dimiliki Laut Natuna Utara, menjadi incaran sejumlah negara. Lokasi strategis menurut dia membuat 80 persen kapal-kapal akan melewati laut Natuna Utara di jalur perdagangan.

Baca Juga: Sebanyak 150.901 Arsip Kependudukan Dimusnahkan Dispusip Kota Cirebon

Memberdayakan nelayan

Oleh karena itu, menurut dia China bersikukuh ingin mengklaim wilayah Laut Natuna Utara dengan mengerahkan tiga kekuatan, antara lain memberdayakan kapal-kapal nelayan di tempat paling depan yang sudah diberikan pelatihan militer, kemudian mengerahkan dua kekuatan militer lewat kapal China Coast Guard dan Navy China.

Dengan adanya sengketa itu, menurutnya menyebabkan dampak secara langsung dan tidak langsung bagi Indonesia.

Dampak secara langsung menyebabkan banyaknya kekuatan militer negara non-claimant hadir dan meningkatnya dinamika internasional terkait dengan laut Natuna Utara.

Baca Juga: Bulan Madu Ekonomi Indonesia Terhadap Harga Komoditas Segera Berakhir,

Sedangkan dampak tidak langsung ialah mengganggu kegiatan ekonomi di Natuna dan lalu lintas pelayaran yang berpotensi menciptakan krisis ekonomi dan energi.

Kemudian akan mendorong negara yang terlibat untuk meningkatkan kemampuan perangnya saat kontestasi di laut bergulir.

Untuk itu, kata dia, Bakamla RI akan melakukan berbagai strategi dalam menghadapi situasi di Laut Natuna Utara dengan menghadirkan konsep kebijakan jangka pendek dengan menghadirkan simbol negara dan aktivitas di Laut Natuna Utara. Sedangkan jangka panjang dengan mencegah Laut Cina Utara menjadi mandala perang.

Baca Juga: Kunjungan Presiden Jokowi ke Ende NTT Disambut Rasa Bangga dan Haru

Ketegangan antara Indonesia dan China kerap terjadi di Laut Natuna Utara. Kapal-kapal China dilaporkan kerap kali melewati batas ZEE Indonesia sehingga menimbulkan ketegangan geopolitik kedua negara.

 

Namun, China beranggapan bahwa kawasan itu adalah bagian dari negaranya yang disebut sebagai sembilan garis putus (Nine Dash Line).***

 

Editor: Aria Zetra

Sumber: Pikiran Rakyat ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler