Taliban Dikabarkan Serang Jurnalis di Afghanistan, Sebabkan Kekhawatiran Terhadap Kebebasan Pers

10 September 2021, 14:15 WIB
Ilustrasi Jurnalis - Taliban dikabarkan menyerang jurnalis di Afghanistan, tindakan yang memicu kekhawatiran terhadap kebebasan pers. /Pixels/Md Iftekhar Uddin Emon

PR CIREBON – Taliban dikabarkan telah melakukan serangan kekerasan terhadap beberapa jurnalis di Afghanistan.

Terkait tindakan Taliban itu, seorang jurnalis senior, tanpa disebut namanya, menyebut bahwa hal itu memicu kekhawatiran yang meningkat akan kebebasan pers di Afghanistan.

Jurnalis senior tersebut bahkan mengatakan dengan kekerasan yang dilakukan Taliban, kekebasan pers di Afghanistan telah berakhir.

Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Wisatawan, Polda Jabar Perluas Kebijakan Kendaraan Ganjil Genap: Ada Tiga Opsi

Kekerasan terhadap jurnalis disebut terungkap ketika gambar dan kesaksian beredar secara internasional tentang penangkapan dan pencambukan brutal terhadap dua wartawan yang ditahan.

Para jurnalis saat itu tengah meliput demonstrasi hak-hak perempuan di Kabul pada Rabu, 8 September 2021.

Komunitas internasional seperti Human Rights Watch dan Komite Perlindungan Wartawan (CPJ) menyuarakan keprihatinan atas serangkaian serangan itu.

Baca Juga: Berikut Zodiak yang Paling Sering Berselingkuh, Kamu Ada di Urutan Berapa?

Hanya dalam dua mingguini, Taliban menahan dan kemudian membebaskan setidaknya 14 jurnalis yang meliput protes di Kabul.

Dilansir dari The Guardian oleh PikiranRakyat-Cirebon.com, setidaknya enam dari jurnalis ini menjadi sasaran kekerasan selama penangkapan atau penahanan mereka.

Wartawan lain, termasuk beberapa yang bekerja dengan media internasional, juga dilarang merekam protes tersebut.

Baca Juga: Jumat Jadi Hari Baik Virgo dan Aries, Berikut Zodiak yang Diramalkan Memiliki Hari Keburuntungan Besok Sabtu

Pihak berwenang Taliban juga menahan jurnalis foto Tolonews, Wahid Ahmadi, dalam waktu singkat serta menyita kameranya dan mencegah jurnalis lain merekam protes yang dia liput.

Ancaman baru terhadap media bertepatan dengan pengumuman kementerian dalam negeri baru Taliban bahwa mereka melarang protes yang tidak sah.

“Taliban dengan cepat membuktikan bahwa janji sebelumnya untuk mengizinkan media independen Afghanistan untuk terus beroperasi secara bebas dan aman tidak ada artinya,” kata Steven Butler, koordinator program Asia CPJ.

Baca Juga: Tahapan Daftar Program Kartu Prakerja Gelombang 20: Segera Gabung dan Dapatkan Rp2,4 Juta

“Kami mendesak Taliban untuk memenuhi janji-janji sebelumnya, untuk berhenti memukuli dan menahan wartawan yang melakukan pekerjaan mereka, dan membiarkan media bekerja dengan bebas tanpa takut akan pembalasan,” tambahnya.

Komentar tersebut juga disuarakan oleh Patricia Gossman, direktur asosiasi Asia di Human Rights Watch.

“Otoritas Taliban mengklaim bahwa mereka akan membiarkan media berfungsi selama mereka ‘menghormati nilai-nilai Islam,’ tetapi mereka semakin mencegah jurnalis untuk melaporkan demonstrasi.

Baca Juga: Taliban Resmi Berkuasa di Afghanistan, Sebut Akan Terapkan Syariat Islam

“Taliban perlu memastikan bahwa semua jurnalis dapat melakukan pekerjaan mereka tanpa batasan yang kejam atau takut akan pembalasan,” katanya.

Seorang jurnalis senior Afghanistan mengatakan bahwa meskipun ada jaminan dari tokoh senior di Taliban,, kenyataan di lapangan adalah para jurnalis menghadapi ancaman yang meningkat dari anggota Taliban setempat.

“Ada perbedaan besar antara Taliban di media dan Taliban di jalanan,” kata wartawan itu.

Baca Juga: Apakah Data WhatsApp Anda Aman? Laporan Baru Sebut Pesan WhatsApp Tidak Dienkripsi End to End

“Taliban di jalanan ini adalah orang-orang lokal, mereka tidak memiliki pemahaman dan mereka sangat ketat. Apa yang dikatakan orang-orang senior tidak dapat diterima oleh Taliban setempat. Mereka berperang dan mereka tidak memiliki pendidikan.

“Taliban yang berada di lapangan telah memukuli wartawan di Kabul dan beberapa tempat lainnya. Saya memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam jurnalisme dan saya percaya bahwa kebebasan jurnalisme telah berakhir di Afghanistan. Orang-orang tidak dapat mengkritik Taliban di media,” tandasnya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler