Dinilai Provokatif, Tim Olimpiade Korea Selatan Turunkan Spanduk di Desa Atlet Tokyo, Begini Bunyinya

18 Juli 2021, 07:15 WIB
Tim Olimpiade asal Korea Selatan harus menurnkan spanduk yang dipasang di desa atlet Tokyo karena dinilai provokatif. /Pixabay

PR CIREBON – Tim Olimpiade asal Korea Selatan memasang spanduk yang mengacu para perang di abad ke-16 antara negara itu dan Jepang di desa atlet di Tokyo.

Spanduk tersebut dinilai provokatif oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC), sehingga Komite Olimpiade Korea Selatan pun menurunkannya.

Penurunan spanduk itu pun disertai janji dari IOC pada tim Korea Selatan bahwa pengibaran bendera ‘matahari terbit’ milik Jepang juga akan dilarang di stadion dan tempat Olimpiade lainnya.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar yang Pertama Kali Dilihat Ungkap Kelebihan yang Anda Miliki

Bendera itu, yang menggambarkan matahari merah dengan 16 sinar memanjang ke luar, dibenci oleh banyak orang di Korea dan bagian lain Asia, termasuk Tiongkok, yang melihatnya sebagai simbol masa lalu kekerasan Jepang dalam masa perang.

Spanduk Korea Selatan yang dipajang itu sempat menuai protes dari beberapa kelompok sayap kanan Jepang.

Spanduk itu sebelumnya digantung di balkon kamar atlet Korea Selatan dan secara kolektif menuliskan sebuah pesan.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Hari Ini, 18 Juli 2021: Zodiak Libra, Scorpio, dan Sagitarius, Bergerak Maju Adalah Kunci

"Saya masih mendapat dukungan dari 50 juta orang Korea," berikut bunyi pesan dalam spanduk itu, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

Kata-kata tersebut menjadi terkenal dari laksamana angkatan laut Korea abad ke-16 Yi Sun-sin, yang menurut sejarah mengatakan hal yang mirip kepada Raja Seonjo dari Kerajaan Joseon.

"Saya masih memiliki 12 kapal perang tersisa," ujarnya saat itu, sebelum meraih kemenangan penting melawan armada Jepang yang lebih besar, selama invasi Jepang 1592-1598 ke Korea.

Baca Juga: Bermusuhan di The Penthouse 3, Kim So Yeon dan Uhm Ki Joon Justru Terlihat Akrab di Lokasi Syuting

Komite Olimpiade Korea Selatan mengatakan telah diberitahu oleh IOC bahwa spanduk tersebut berisi gambar perang dan bertentangan dengan Aturan 50 Piagam Olimpiade.

Piagam tersebut mengatakan tidak ada jenis demonstrasi atau propaganda politik, agama atau rasial yang diizinkan di wilayah atau tempat Olimpiade mana pun.

Panitia Korea Selatan setuju untuk menurunkan spanduk setelah IOC berjanji untuk juga menerapkan aturan yang sama pada bendera matahari terbit dan melarangnya di semua tempat Olimpiade.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Hari Ini, 18 Juli 2021: Zodiak Cancer, Leo, dan Virgo, Membaca Sangat Berharga Hari Ini

“Berdasarkan kesepakatan, panitia tidak akan memperdebatkan lebih lanjut agar para atlet bisa sepenuhnya fokus pada kompetisi.

“Sedangkan IOC akan melarang pengibaran bendera matahari terbit di semua tempat Olimpiade sehingga tidak ada masalah politik yang muncul,” kata panitia Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.

Korea Selatan pertama kali secara resmi meminta IOC untuk melarang bendera matahari terbit di Olimpiade 2019, membandingkannya dengan swastika Nazi.

Baca Juga: Harris Vriza Ungkap Rizky Billar Kini Telah Berubah: Dulu Bisa Dibilang ...

Pejabat Olimpiade Korea Selatan kemudian mengatakan panitia penyelenggara Tokyo menolak tuntutan mereka agar bendera itu dilarang.

Pihak Tokyo mengatakan bendera itu digunakan secara luas di Jepang dan tidak dianggap sebagai pernyataan politik.

Banyak orang Korea Selatan masih menyimpan dendam dan permusuhan atas pemerintahan kolonial Jepang 1910-1945 di Semenanjung Korea.

Baca Juga: 3 Hal Sederhana Ini Bisa Membuat Zodiak Cancer Merasa Bahagia, Apa Saja?

Kedua negara juga terus memiliki hubungan yang buruk pascaperang dalam beberapa tahun terakhir dengan perselisihan mengenai sejarah, perdagangan dan kerjasama militer.

Korea Selatan dan Jepang telah berusaha untuk meningkatkan hubungan sejak pelantikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang menyerukan kerjasama tiga arah yang lebih kuat.

Akan tetapi, kemajuan perbaikan hubungan di antara dua negara Asia Timur itu berjalan lambat.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler