WHO Sebut Situasi Pandemi Covid-19 di India Memilukan, Rumah Sakit Dikabarkan Kewalahan

27 April 2021, 15:43 WIB
ILUSTRASI - WHO menyebut jika situasi pandemi Covid-19 di India tengah memilukan, jenazah dikremasi di tempat darurat hingga rumah sakit kewalahan.* /Pixabay /Gerd Altmann

PR CIREBON — Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah mengirim staf dan pasokan tambahan ke India untuk membantu memerangi lonjakan pandemi Covid-19.

"WHO melakukan segala yang kami bisa, menyediakan peralatan dan pasokan penting, termasuk ribuan konsentrator oksigen, rumah sakit lapangan bergerak prefabrikasi dan persediaan laboratorium," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin 26 April 2021.

Disampaikannya, WHO telah mengerahkan 2.600 anggota staf dari program lain di India untuk membantu mendukung upaya memerangi pandemi Covid-19 di India.

Baca Juga: Junta Myanmar Mengatakan Akan Pertimbangkan Seruan Tanpa Kekerasan ASEAN Setelah Stabilisasi

Sementara, India memerintahkan angkatan bersenjatanya pada hari Senin untuk membantu mengatasi infeksi virus corona baru yang melonjak yang membanjiri rumah sakit.

Karena, negara-negara termasuk Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat berjanji untuk mengirim bantuan medis yang mendesak.

"Pertumbuhan eksponensial yang kami lihat dalam jumlah kasus benar-benar mencengangkan," kata Maria van Kerkhove, kepala teknis WHO untuk Covid-19, dalam konferensi pers, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters, Selasa 27 April 2021.

Baca Juga: Rayakan Hari Ulang Tahun, Ranti Maria Bagikan Makanan dan Sembako kepada Warga Sekitar

"Kami telah melihat lintasan peningkatan penularan yang serupa di sejumlah negara, belum pada skala yang sama dan belum memiliki tingkat dampak beban yang sama pada sistem perawatan kesehatan seperti yang kami lihat di India," sambungnya.

Fasilitas berbagi vaksin COVAX, yang dijalankan oleh aliansi vaksin GAVI dan WHO, telah menyediakan lebih dari 45 juta dosis vaksin Covid-19 ke 120 negara.

Mayoritas sejauh ini adalah tembakan AstraZeneca (AZN.L) yang dibuat oleh Serum Institute of India.

Baca Juga: Lee Kwang Soo Dikonfirmasi Staf dan Agensi Keluar dari Program Running Man, Berikut Alasannya

CEO GAVI Seth Berkley, lantas bertanya bagaimana COVAX mengkompensasi keputusan India untuk menunda ekspor vaksin.

"Kami memperkirakan 90 juta dosis untuk Maret dan April untuk 60 negara berpenghasilan terendah termasuk India dan yang belum tersedia.

“Mengingat krisis ini di India sekarang mereka digunakan di dalam negeri dan kami menunggu kapan pasokan akan dilanjutkan, kami sedang mencari opsi lain pada saat yang sama," kata Seth Berkley.

Baca Juga: Penyelundupan Anak Orangutan Digagalkan, Balai Karantina Pertanian Temukan di Keranjang Buah

Pasokan medis yang sangat dibutuhkan mengalir ke India pada hari Selasa ini, ketika rumah sakit sudah penuh tak bisa lagi menampung pasien baru karena kekurangan tempat tidur.

Dan, pasokan oksigen dan lonjakan infeksi mendorong jumlah kematian Covid-19 menjadi 200.000.

Selama 24 jam terakhir, India mencatat 323.144 kasus baru, sedikit di bawah puncak dunia 352.991 yang dicapai pada hari Senin. Kematian naik 2.771 menjadi 197.894.

Baca Juga: Bahas Keinginannya Usaha di Bidang Sepak Bola, Rizky Billar: Level Saya Belum seperti Aa Raffi Ahmad

Di beberapa kota dengan jumlah kasus Covid-19 tinggi di India, jenazah dikremasi di fasilitas darurat di taman dan tempat parkir.

Pasien yang sakit kritis berbaring di tempat tidur di luar rumah sakit yang kewalahan menunggu untuk masuk.

India telah menambah tempat tidur rumah sakit dengan mengubah hotel, gerbong kereta api dan ashram menjadi fasilitas perawatan kritis, tetapi para ahli memperingatkan krisis berikutnya akan menjadi kekurangan dokter dan perawat.

Baca Juga: J-Hope BTS Ungkap Member yang Ingin Dia Ajak untuk Berlibur Sehari Bersamanya, Siapa?

Asosiasi Medis India mengatakan, rumah sakit swasta di kota barat Surat di negara bagian Gujarat harus ditutup jika mereka tidak segera mendapatkan pasokan oksigen.

Kamar Dagang AS memperingatkan ekonomi India, terbesar keenam di dunia, dapat goyah akibat lonjakan kasus, menciptakan hambatan bagi ekonomi global.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler