Studi Baru Pfizer Sebut Vaksin Buatannya Mampu Melindungi Tubuh dari Varian Covid-19 Baru

21 Januari 2021, 17:40 WIB
Ilustrasi Vaksin Covid-19 sinopharm dan Pfizer /Pixabay

PR CIREBON – Studi baru oleh Pfizer mengungkapkan bahwa vaksin Covid-19 buatan perusahaan itu kemungkinan akan melindungi tubuh dari strain mutan virus sangat menular yang telah menyebar ke seluruh Inggris.

Para peneliti yang terlibat dalam penelitian tersebut merekayasa pseudovirus yang ada pada Pfizer dengan mutasi lengkap yang ada di B117, nama varian virus Covid-19 yang terdeteksi di Inggris.

Mereka kemudian menguji darah dari 16 orang yang telah menerima vaksin Pfizer, dan menentukan bahwa vaksin tersebut mampu menetralkan variannya sama seperti jenis virus Covid-19 sebelumnya.

Baca Juga: Jokowi Sebut Banyak Pengusaha Ingin Vaksinasi Mandiri, Begini Penjelasan Menko Airlangga

“Data ini menunjukkan tidak mungkin bahwa B117 akan lepas dari perlindungan vaksin,” ungkap para peneliti, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari New York Post.

Pfizer juga mengungkapkan bahwa studi laboratorium serupa menunjukkan vaksin itu efektif melawan mutasi kunci, yang disebut N501Y.

Mutasi itu ditemukan di varian Inggris dan Afrika Selatan.

Baca Juga: Ketahui Manfaat Berjemur, Bantu Tingkatkan Imun Tubuh dan Tangkal Virus

Hasil studi baru didasarkan pada analisis yang lebih ekstensif.

Akhir bulan lalu, Dr. Ugur Sahin, salah satu pendiri dan CEO BioNTech yang ikut membuat vaksin, mengatakan dia yakin vaksin buatannya akan efektif melawan strain Inggris.

Namun, dia memperingatkan bahwa varian tersebut dapat mempersulit negara-negara untuk mencapai kekebalan kelompok terhadap Covid-19.

Baca Juga: Tidak Punya Uang Untuk Berobat, Orang Tua di Jepang Telantarkan Anaknya hingga Meninggal

Selain itu, Moderna juga menyatakan keyakinannya pada kemampuan vaksinnya untuk melindungi dari strain baru.

Menurutnya, penelitian mereka telah menunjukkan bahwa suntikan vaksinnya sama efektifnya terhadap beberapa varian lain dari virus yang muncul lebih awal dalam pandemi.***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: New York Post

Tags

Terkini

Terpopuler