Sambut Hari Raya Idul Fitri dengan Memakai Baju Baru, Ternyata Ini Makna dan Filosofinya

13 Mei 2021, 08:40 WIB
Ilustrasi. Makna dan filosofi memakai baju baru di Hari Raya Idul Fitri.* /Rodnae Productions/Pexel - Rodnae Production

PR CIREBON- Salah satu tradisi dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri oleh umat Muslim di Indonesia maupun di dunia yakni dengan memakai baju baru.

Membeli baju baru untuk dipakai di Hari Raya Idul Fitri nampaknya sudah menjadi sebuah keharusan ketika menyambut hari Lebaran.

Tak hanya bagi umat Muslim di Indonesia, namun umat Muslim di sejumlah negara juga menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan memakai baju baru.

Baca Juga: Hewan yang Anda Lihat Pertama Dalam Tes Kepribadian Ini Mengungkapkan Hal Terbaik Tentang Anda

Namun, tahukah Anda apa makna sebenarnya dari memakai baju baru di Hari Raya Idul Fitri?.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari berbagai sumber, menggunakan baju baru di hari Lebaran dapat diartikan sebagai bentuk ekspresi kebahagiaan setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh.

Sehingga, dapat dikatakan bahwa mengenakan baju baru di hari Lebaran, sebagai bentuk suka cita umat Muslim dalam menyambut perayaan Idul Fitri.

Baca Juga: Gambar yang Anda Lihat Dalam Tes Kepribadian Ini Mengungkapkan Cara Anda Jatuh Cinta

Selain itu, memakai pakaian baru juga dapat diartikan sebagai simbol atau gambaran baru dari hati, setelah selama satu bulan penuh dibershikan melalui ibadah puasa Ramadhan.

Terlebih, tahukah Anda bahwa tradisi memakai baju baru saat hari raya Lebaran di Indonesia ternyata sudah ada sejak tahun 50-an? Hal itu terungkap dalam buku Sejarah Nasional Indonesia karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto.

Dalam buku tersebut menuturkan bahwa tradisi mengenakan baju baru di hari raya Lebaran bermula di daerah Kesultanan Banten.

Baca Juga: Tes Kepribadian dari Posisi Tahi Lalat di Tubuh, Mana Punyamu?

Sebagaimana diketahui, Banten sangat erat dengan nafas Islam. Untuk memeriahkan perayaan datangnya hari Lebaran Idul Fitri, masyarakat pun kemudian berbondong-bondong mencari pakaian baru.

Pada waktu itu, bagi masyarakat yang memiliki uang bisa langgung membelinya ke pasar. Sementara, bagi masyarakat yang tidak memiliki uang mereka akan membuat baju dengan menjahit.

Sehingga, pada saat itu banyak para petani yang beralih profesi menjadi tukang jahit menjelang hari Lebaran tiba.

Baca Juga: Tes Kepribadian Ini Mengungkapkan Siapa yang Secara Diam-diam Berbohong Saat Jatuh Cinta

Tradisi memakai baju baru juga ternyata tidak hanya dilakukan oleh masyarakat di Kesultanan Banten, namun tradisi serupa dalam menyambut hari Lebaran juga dilakukan di Yogyakarta, lebih tepatnya di Kerajaan Mataram baru.

Sementara itu, terdapat dalil sahih berupa hadits serta atsar atau perkataan para ulama yang menunjukan bahwa hal tersebut memang ada tuntunannya.

“Sungguh Abdullah bin Umar, ia berkata: “Umar mengambil sebuah jubah sutra yang dijual di pasar, ia mengambilnya dan membawanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, belilah jubah ini serta berhiaslah dengan jubah ini di hari raya dan penyambutan.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Apa yang Pertama Kali Kamu Lihat? Bisa Ungkap Sifat Tersembunyi dalam Dirimu

Rasulullah berkata kepada Umar: “sesungguhnya jubah ini adalah pakaian orang yang tidak mendapat bagian”. (HR. Al Bukhari).

Berdasarkan keterangan hadits tersebut, berhias pada saat hari raya termasuk dalam kebiasaan dan budaya yang telah ada di kalangan para sahabat, dan Nabi SAW pun tidak mengingkarinya.

Namun, tentunya menggunakan baju baru dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri bukanlah kewajiban jika memang tidak mampu untuk membelinya, sehingga mengenakan baju lama pun tidak menjadi masalah.***

Editor: Arman Muharam

Tags

Terkini

Terpopuler