Corona Guncang Solidaritas UE, Kanselir Jerman: Gunakan Stabilitas Ekonomi Hindari Hutang

- 7 April 2020, 11:30 WIB
KANSELIR Jerman, Angela Merkel menduga pelaku teror Bar Shisha di pusat Kota Hanau yang menewaskan sembilan orang, Tobias R dipengaruhi oleh ekstrimis sayap kanan.*
KANSELIR Jerman, Angela Merkel menduga pelaku teror Bar Shisha di pusat Kota Hanau yang menewaskan sembilan orang, Tobias R dipengaruhi oleh ekstrimis sayap kanan.* /AFP/

PIKIRAN RAKYAT- Virus corona merupakan tantangan paling besar bagi Uni Eropa, sehingga membuat negara-negara lain menunjukkan solidaritas besarnya.

Hingga blok negara tersebut lebih kuat dari krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi. Namun, tak jarang permasalahan dari berbagai negara juga bermunculan saat pandemi ini.

Seperti dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs Reuters, Jerman dan Belanda telah dikritik oleh Italia dan Spanyol sebagai dua negara yang paling parah terdampak virus corona.

Baca Juga: Terapkan 7 Pilar Ini untuk Ciptakan Hubungan Percintaan Tetap Harmonis

Karena menolak seruan zero euro yaitu mengeluarkan hutang bersama guna meredam dampak ekonomi dari pandemi tersebut.

Kanselir Jerman, Angela Merkel menyampaikan ketidak setujuannya, ketika Jerman di klaim telah menolak untuk melakukan langkah solidaritas dengan negara anggota UE yang paling terpukul selama pandemi Covid-19 ini. Merkel hanya menolak usulan Spanyol dan Italia terkait utang bersama.

Baca Juga: Donald Trump Klaim Obat untuk Malaria Bisa Sembuhkan Covid-19, Ilmuwan Sebut Belum Efektif

Meskipun tak menyinggung hal itu secara langsung, Merkel menyarankan agar mekanisme stabilitas Eropa digunakan. Hal itu dapat mendukung negara-negara paling terdampak Covid-19 seperti Spanyol dan Italia untuk mendapatkan kredit.

Berbeda dengan Merkel, Perdana Menteri Spanyol Pedros Sanchez meminta para pimpinan UE mengembangkan rencana Marshall baru untuk Eropa.

Caranya dengan menciptakan mekanisme utang bersama guna mendukung pemulihan ekonomi dan rekontruksi di negara-negara yang terimbas pandemi Covid-19.

Baca Juga: Mengapa Mantan Sering Muncul dalam Mimpi? Simak Penjelasan Lengkap dari Sisi Psikolog

Sementara itu, Spanyol, Italia, dan Jerman termasuk negaar eropa yang paling terpukul pandemi. Hingga berita ini ditulis, Spanyol memilki 135.032 kasus Covid-19 dengan 13.169 korban jiwa.

Lebih lanjut, Italia menangani 132.527 kasus dengan total kematian mencapai 16.532 orang, Sedangkan Jerman memiliki 101.558 pasien dengan jumlah korban meninggal jauh lebih kecil dibanding Italia dan Spanyol, yakni 1.662 jiwa.

Hingga sejauh ini, langkah pencegahan yang telah diberlakukan negera-negara Uni Eropa ini adalah lockdown atau penguncian wilayah sementara.

Baca Juga: Hilangkan Penat Selama #dirumahaja, Tata Janeeta dan Rossa 'Nikah' dengan Aktor Korea

Merkel mengatakan pada Senin, 6 April 2020 bahwa pembatasan pergerakan bebas dan penutupan bisnis yang berlaku di Jerman sejak 22 Maret, akan tetap diberlakukan sampai setidaknya 19 April.

Sehingga untuk kebijakan strategi lain, lebih dari penguncian masih terlalu dini untuk dibicarakan. Selain itu, rencana yang masih coba di diberlakukan Jerman adalah dengan adanya alat pelacakan bagi terinfeksi.

Sehingga suatu saat nanti memungkinkan untuk melacak lebih dari 80% orang, seperti dengan siapa orang tersebut memiliki kontak sebelumnya dalam jangka waktu 24 jam setelah diagnosis.

Baca Juga: 8 Seleb Internasional Punya Darah Indonesia, Salah Satunya Penggarap Film Despicable Me

Sehingga, orang yang terpapar Covid-19 dari pasien terinfeksi ini mereka akan dikarantina, baik di rumah maupun di hotel sesuai dengan kebijakan pemerintah.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x