Cek Fakta: Beredar Kabar Jurnalis AS Ungkap Dana TikTok Dipakai untuk Cuci Otak Muslim Uighur

27 Agustus 2020, 21:31 WIB
TikTok /PIXABAY/konkarampelas

PR CIREBON - Seorang pengguna Facebook Sandt Astiga mengunggah sebuah gambar yang menyebutkan bahwa ada seorang jurnalis Amerika Serikat berani mengungkap aliran dana TikTok dipakai untuk cuci otak Muslim Uighur.

Lebih detail, narasi itu menambahkan bahwa anak muda Indonesia yang kerajinan memakai TikTok sebagai aplikasi rutin harian sudah serupa tega menghabisi Muslim Uighur yang menderita tiap harinya.

Narasi lengkap dapat terlihat sebagai berikut:

Baca Juga: Sindir Ahok Rugikan Negara, Roy Suryo: Tetap Dipelihara karena Pegang Kartu AS

“Masihkah sahabat bermain TIK-TOK sekalipun bukan tuk pamer aurat?
Seorang jurnalis muda dari Amerika bernama “Fira Aziz” datang ke Negeri Bambu (Cina) mencari kantor Tik-tok, menggali informasi kemanakah keuntungan aplikasi tik-tok mereka salurkan…
Ternyata diantara keuntungannya disalurkan untuk membuat camp konsentrasi warga Uighur…
Sahabat pernah mendengar kisah pilu Uighur???
Di camp tersebut anak2 muslim dipisahkan dari Orangtuanya untuk dicuci otak…
Disana saudara kita dipaksa Murtad…
Jika laki2 yang menolak, disiksa sampai mati…
Jika perempuan yang menolak, diperkosa oleh banyak lelaki sampai mati…
Anda tidak menyangka??? Anda Iba??? Anda peduli dengan Nasib saudara kita disana??? Hapus segera aplikasi Tik-Tok di HP anda! #TagMySelf #TagMyMuslimBrother” demikian bunyi narasi yang tersebar dalam media sosial Facebook tersebut.

Baca Juga: Paslon Bajo Dituding Jadi Boneka PDIP di Pilkada Solo, Hasto : Kami Tak Main Kotor, Kontestasi Sehat

Berdasarkan hasil penelusuran PikiranRakyat-Cirebon.com dari Turn Back Hoax, ditemukan sejumlah bukti yang membantah adanya klaim narasi tersebut.

Faktanya, Fira Aziz bukan jurnalis. Pasalnya, saat kata kunci Fira Aziz ditelusuri, hasil mengarah kepada Feroza Aziz yang merupakan seorang remaja asal Amerika Serikat.

Tepatnya, Feroza Aziz sempat viral karena postingan mengkritik perlakuan Tiongkok terhadap muslim Uighur di TikTok, tetapi tidak ada pula bukti-bukti yang bisa diakses secara terbuka mengenai apakah TikTok berkontribusi dalam pembiayaan kamp Uighur.

Baca Juga: Megawati Singgung Giring Jadi Balon Pilpres, Hasto: Deklarasi tuh, Memang Sudah Keliling Indonesia?

Sedangkan artikel serupa juga pernah dimuat pada 6 Januari 2020 yang berjudul “[SALAH] Pemasukan TikTok Digunakan untuk Mendirikan Kamp Konsentrasi Muslim Uighur China”. Disana tercantum nama Fira Aziz, wartawan Amerika Serikat yang disebut melakukan kunjungan ke kantor TikTok di China, tidak ditemukan dalam platform database jurnalis PressHunt dan PressFarm.

Melansir dari salah satu pemberitaan nasional, nama Fira Azis identik dengan nama Feroza Aziz yang videonya pernah viral di TikTok karena menuding pemerintah Tiongkok telah memasukkan umat muslim ke “kamp konsentrasi”.

Hanya saja, Feroza bukan jurnalis, tetapi adalah siswa sekolah menengah berusia 17 tahun dari New Jersey, AS.

Baca Juga: Amien Rais Sebut Kebakaran Kejagung Ulah Cukong, PDIP: Masyarakat Bisa Simpulkan Hanya Spekulasi

Saat itu Feroza mencuit bahwa TikTok memblokir akunnya, tetapi TikTok membantah klaim tersebut karena akun lama Feroza telah dilarang beredar permanen pada 15 November 2019 usai mengirim sebuah video.

Video itu tidak ada kaitannya dengan video yang viral tetapi dianggap melanggar aturan terkait terorisme.

Meski pada akhirnya, setelah mendapatkan berbagai kecaman, TikTok mencabut blokirnya dan mengaktifkan kembali akun Feroza.

Namun begitu, sensor itu memunculkan analisa dari para ahli di Pusat Kebijakan Siber Internasional Institut Kebijakan Strategis Australia, bahwa banyak perusahaan teknologi Tiongkok yang terlibat dalam perilaku yang sangat tidak etis di Xinjiang, tepatnya pekerjaan mereka secara langsung mendukung dan memungkinkan pelanggaran HAM massal.

Baca Juga: Kader PDIP Kedapatan Sakiti Perempuan, Megawati Tak Segan Langsung Pecat Tanpa Penjelasan

Dengan demikian, klaim adanya jurnalis AS bernama Fira Azis mengungkapkan bahwa keuntungan aplikasi TikTok disalurkan untuk membuat kamp konsentrasi warga Uigur, terbukti salah.

Untuk itu, informasi yang tersebar dalam klaim narasi itu masuk dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Turn Back Hoax MAFINDO

Tags

Terkini

Terpopuler