PR CIREBON - Beredar sebuah unggahan di media sosial yang menyebutkan bahwa radiasi dari WiFi dan gadget sebabkan kanker darah.
Hal ini disebut-sebut terungkap karena adanya kasus kanker darah yang terjadi pada seorang anak hingga harus melakukan kemotraphy dan pengambilan sumsum tulang belakang.
Informasi kasus kanker darah pada anak yang diakibatkan oleh radiasi dari WiFi dan gadget ini menyebar di media sosial Facebook.
Baca Juga: Presiden Tiongkok Xi Jinping Serukan Reunifikasi 'Damai' dengan Taiwan
Berikut narasi yang tertulis dalam unggahan tersebut sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com pada Minggu, 10 Oktober 2021:
"Dengan kemotraphy dan pengambilan sumsum tulang belakang menjadikan kami sekeluarga sedih, prihatin, kenapa anak sekecil ini harus menderita sakit seperti itu, adakah salah kami?
Lantas saya mencari jawaban apa yang menyebabkan anak ini sakit seperti ini.
Baca Juga: Paula Verhoeven Bagikan Potret sang Anak Kedua: Selamat Datang di Dunia Kenzo Eldrago Wong!
Pihak medis menjawab banyak faktor, salah satunya adalah terkena RADIASI (bersumber dari Gadget, radiasi Wifi).
Tersentak kami baru sadar, kami baru percaya, karena selama ini ananda Zein Raffael sangat intens bermain gadget (hp dengan youtube-nya) dan dari pancaran WiFi yang ada di rumah kami dan membiarkannya karena anak dirasa diam saat bermain gadgetnya."
Lantas, benarkah narasi yang dituliskan tersebut? Benarkah bahwa sinar radiasi dari wifi dan gadget bisa menyebabkan kanker darah?
Baca Juga: Sang Istri Ulang Tahun, Juragan 99 Hadiahi 101.091 Tangkai Bunga Mawar
Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari laman Turn Back Hoax, faktanya tidak ada korelasi antara penyakit kanker dengan radiasi yang dihasilkan dari WiFi dan gadget.
Hal ini dikonfirmasikan langsung oleh konsultan senior hematologi dari Parkway Cancer Centre Singapura Colin Phipps Diong.
“WiFi 4G itu paparan radio frekuensi elektromagnetik antara 1900-2100 MHz. Dan, hingga kini tidak ada bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara WiFi dengan kanker darah,” ungkapnya.
Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Eko Patrio Meninggal Dunia akibat Kecelakaan Maut?
Sementara itu, Kenneth Foster, seorang profesor bioteknologi di University of Pennsylvania membenarkan bahwa ponsel memang bekerja dengan sistem radiasi, atau lebih tepatnya gelombang radio.
Begitu pula dengan microwave, pemancar radio, WiFi, dan banyak peralatan elektronik lainnya.
Namun untuk diketahui, dalam pemakaiannya, otoritas kesehatan dunia telah menetapkan standar keselamatan untuk semua perangkat dan peralatan yang memancarkan radiasi elektromagnetik.
Baca Juga: MUI Tetapkan Vaksin Zifivax Halal dan Aman Digunakan untuk Cegah Covid-19
Disebutkan oleh Health Protection Agency, radiasi elektromagnetik dari WiFi sangat kecil dan pemancar juga dinyatakan hanya memiliki kekuatan rendah.
Sehingga hal itu tidak memiliki efek yang begitu signifikan pada kesehatan seseorang, apalagi kanker darah.
Fakta mengenai radiasi dari WiFi itu juga telah disampaikan oleh Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Baca Juga: 10 Manfaat Kangkung untuk Kesehatan, Salah Satunya Dapat Menurunkan Kolesterol
Berdasarkan penelitian dalam 15 tahun terakhir, belum ada hasil studi yang membuktikan soal bahaya radiasi bisa menyebabkan kanker darah.
“Dalam studi yang dilakukan 15 tahun terakhir, belum ada bukti pemancar sinyal meningkatkan risiko kanker,” demikian yang tertulis dalam laman resmi WHO.
Hoaks WiFi dan gadget dapat menyebabkan kanker darah ternyata pernah beredar luas di tahun 2019.
Baca Juga: Renovasi Rumah Demi Menyambut Nagita Slavina, Fadil Jaidi: ini Kebetulan Banget ...
Seseorang bernama Zein Raffael dikabarkan menderita kanker darah karena sering bermain gadget. Namun Kominfo mengonfirmasi berita tersebut sebagai berita keliru.
Zein memang menderita penyakit kanker, namun tidak disebutkan penyebab dari munculnya kanker tersebut.
Dengan demikian, informasi yang menyatakan telah terjadi kasus kanker darah akibat radiasi WiFi dan gadget adalah hoaks.
Baca Juga: Baim Wong Unggah Potret Wajah sang Anak Keduanya: Ini yang Bener!
Informasi yang menyebar di media sosial Facebook tersebut masuk ke dalam konten kategori misleading content atau konten yang menyesatkan.***