Dikatakan, Horenso erat hubungannya dengan hierarki jabatan dalam perusahaan, karena di dalamnya terkait kegiatan pelaporan hasil kerja oleh karyawan kepada masing-masing atasannya.
Konsep Horenso mengajarkan adanya hubungan atasan dan bawahan atau antar-rekan kerja yang saling berbagi informasi, diikuti dengan kegiatan konsultasi serta bertukar pendapat untuk mendapatkan ide atau saran perbaikan.
Hal-hal terpenting dalam konsep Horenso, menurut Senior Manager HRD PT. Narumi Indonesia itu adalah cara penyampaian informasi yang mudah, mendetail dengan sistem 5W+1H (What, Who, When, Where, Why + How) dan berisi kesimpulan yang ringkas, mengenai ide perbaikan, laporkan secepatnya, pro-aktif bertanya dan memperhatikan waktu saat melaporkan atau berdiskusi.
Horenso sebuah Akronim
Sebelum penyampaian materi kuliah umum, Ketua Program Studi S1 Bahasa Jepang, Raden Novitasari, dalam sambutannya menjelaskan bahwa HoRenSo sesungguhnya merupakan akronim atau singkatan dari Houkoku (報告) yang artinya melaporkan, Renraku (連絡) yang artinya mengkomunikasikan atau menginformasikan, dan Soudan (相談) yang artinya berdiskusi atau mengkonsultasikan.
Menurut Novitasari, Horenso pada awalnya diaplikasikan sebagai budaya kerja di perusahaan-perusahaan atau pabrik-pabrik di Jepang. Namun pada dasarnya konsep Horenso juga bisa diaplikasikan pada lembaga atau institusi umum, bahkan dalam organisasi-organisasi yang ada di mana pun.
Sementara itu Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Dr. H. Hendar, dalam sambutannya mengharapkan kuliah umum yang bertemakan tentang budaya kerja di Jepang dapat memberikan ilmu yang lebih informatif kepada mahasiswa. “Terlebih pemateri merupakan lulusan Prodi Bahasa Jepang sehingga hal ini dapat memotivasi para mahasiswa dalam mengejar kesempatan dan mendapatkan kiat-kiat untuk sukses.”***