72 Persen dari Tanah-tanah Pertanian di Indonesia dalam Kondisi 'Sakit'

- 29 Mei 2022, 13:38 WIB
PULUHAN petani antusiad mengukuti simulasi pembuatan pupuk organik di Rumah Pupuk Mitra Tani, kampung Gunung Mipir, kelurahan Cipari, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Jumat, 15 Oktober 2021
PULUHAN petani antusiad mengukuti simulasi pembuatan pupuk organik di Rumah Pupuk Mitra Tani, kampung Gunung Mipir, kelurahan Cipari, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Jumat, 15 Oktober 2021 /

SABACIREBON- Sekitar 72 persen dari tanah-tanah pertanian di Indonesia saat ini sedang "sakit" karena kekurangan bahan organik. Kondisi tersebut disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia yang masih sangat tinggi.

Hal tersebut diungkapkan Guru Besar IPB University, Iswandi Anas Chaniago  di Jakarta, Sabtu, 28 Mei 2022.

Di tahun 1960-an, kondisi  tanah pertanian masih bagus karena masih banyak mengandung pupuk organik.

Baca Juga: Gubernur Jabar Minta Perpanjangan Cuti, Pantau Langsung Pencarian Putranya yang Terseret Arus Sungai Aeree

Lalu, Tahun 1960-1970 sebagian besar kadar organiknya kurang dari 1 persen, bahkan pada 2010 makin rendah sehingga, sekarang tanahnya pada rusak dan tidak gembur lagi.

Menurut Iswandi, penggunaan pupuk kimia memang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dua kali lipat.

"Tapi sifat manusia ingin mudahnya saja lebih memilih Urea atau SP saja daripada harus membawa pupuk organik begitu banyak, akhirnya pupuk organiknya ditinggalkan, sehingga lama kelamaan tanahnya rusak," katanya seperti dilansir Antara.

Baca Juga: Menyimak dari Musibah Putra Ridwan Kamil, Kasus Orang Hanyut di Sungai Aeree Swiss 20 kali per Tahun

Kondisi  kurang suburnya tanah inilah, pihaknya mendorong penggunaan pupuk organik. Apalagi Indonesia mempunyai banyak sumber bahan pupuk organik, baik dari limbah peternakan, pertanian, perikanan, tempat pembuangan akhir (TPA), pabrik gula, dan hutan tanaman industri (HTI).

Menurut dia, pemupukan berimbang antara pupuk organik dan pupuk kimia memiliki peran yang sangat penting untuk menjawab tantangan peningkatan produksi padi dan jagung nasional secara berkelanjutan.

"Jadi, sebenarnya pupuk organik dan pupuk kimia bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk digunakan bersama-sama. Pupuk organik dilengkapi dengan pupuk kimia," ujarnya pada webinar bertema "Menjawab Tantangan Peningkatan Produksi Padi dan Jagung Nasional dengan Pemupukan Berimbang".

Baca Juga: Korban Investasi Bodong Robot Trading DNA Pro Mencapai 3.621 Orang, Kerugian Rp551 Miliar

Selain mendorong penggunaan pupuk organik, Dewan Pakar Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina)  ini menyarankan untuk mulai mengurangi takaran pupuk kimia.

Halaman:

Editor: Uyun Achadiat

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x