Dituturkan oleh: Eko Pratomo
FEBRUARI 1999 mungkin menjadi titik awal menghadapi hari-hari yang "kelam". Istriku dinyatakan mengidap penyakit Lupus, dan harus menjalani serangkain operasi. Termasuk karena efek samping pengobatan yang harus dijalaninya, istriku mengalami kehilangan penglihatan, dan pengangkatan rahim mungkin malah lebih "menyakitkan" dibandingkan penyakit Lupus yang dialaminya.
Banyak yang tidak mengenal apa itu penyakit Lupus, ketika itu. Termasuk diriku. Dan ketidaktahuan sering membuat segalanya lebih menakutkan.
Beruntung istriku termasuk wanita yang tidak mudah menyerah. Walau didera dua kali depresi lumayan berat, hubungan dengan Sang Khalik tidak pernah dilepasnya.
Pertolongan-Nya hadir tidak hanya untuk menyelamatkan dirinya, tapi Dia menguatkan istriku untuk juga membantu sesama penyandang Lupus dan penyandang difabel netra.
Istriku berupaya mengganti istilah atau kata penderita menjadi penyandang, karena katanya, sakit tidak harus menderita.
Tahun 2004 hadir Syamsi Dhuha Foundation atau SDF (syamsidhuhafoundation.org) sebuah yayasan dimana istriku dibantu banyak sahabatnya berjuang membantu meningkatkan kualitas hidup para penyandang lupus (autoimun) dan difabel netra, melalui berbagai kegiatan.
Semangat untuk berjuang bersama dalam suatu komunitas, terbukti lebih meringankan para penyandang Lupus, hidup bersahabat dan berdampingan dengan Si Luppy, sahabat yang suka nakal.