PR CIREBON - Koordinator PPKM Pulau Jawa dan Bali, Luhut Pandjaitan menyebutkan angka kematian akibat Covid-19 di Solo tinggi.
Sebagai Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka pun membantah data angka kematian akibat Covid-19 yang diperoleh Luhut.
Gibran mengakui angka kematian akibat Covid-19 di Solo memang tinggi, akan tetapi yang meninggal bukan hanya dari Solo saja.
Sehingga, putra Presiden Joko Widodo ini menegaskan jika data yang diperoleh oleh Luhut adalah tidak benar.
Berdasarkan data Covid-19 Solo hingga Sabtu 31 Juli 2021, angka kemartian akibat Covid-19 di Solo tercatat sebanyak 914 orang meninggal dunia.
Melihat hal tersebut politikus Partai Demokrat Rachland Nashidik ikut buka suara.
Baca Juga: Ramalan Horoskop Hari Ini, 1 Agustus 2021: Libra, Scorpio, dan Sagitarius Jangan Berpikir Sempit
Rachland Nashidik mengaku mendukung Luhut pada kasus kali ini.
Ia beranggap disaat pandemi Covid-19 saat ini harus melihat keadaan.
"Kali ini saya bela Pak Luhut. Pak Wali, ini pandemi. Dan kematian tidak memilih tempat," ujarnya Sabtu 31 Juli 2021 dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dalam akun Twitter @RachlandNashidik.
Politikus Partai Demokrat tersebut pun bertanya jika pasien yang meninggal bukan berasal dari Solo apakah tidak mendapatkan perawatan di Solo.
"Lalu kenapa bila korban berasal dari kota lain? Dia tak berhak dapat perawatan di Solo?" ujarnya.
"Kematiannya tidak diakui dan tidak dicatat sebagai korban? Nyawa rakyat kok dipake bahan pokrol," sambungnya.
Pasalnya menurutnya untuk menurunkan Zona Merah tidak dapat dilihat dari KTP pasien yang meninggal akibat Covid-19.
Sehingga, pasien yang meninggal di Solo dan tidak berasal dari Solo seharusnya tetap dihitung sebagai korban.
"Memangnya Zona Merah bisa ditipiskan jadi oranye dengan memeriksa KTP orang mati, memisahkannya dari jenazah ber-KTP Solo, dan tidak menghitungnya sebagai korban Covid?" tutupnya.***